Kata alarm sudah tidak asing lagi bagi kita. Ada alarm bangun tidur, alarm mobil, alarm rumah, alarm banjir, alarm kebakaran, dan alarm gempa. Tentunya alarm-alarm itu memiliki fungsi untuk mengingatkan supaya kita tetap berjaga. Jika kita mengabaikan alarm itu, bisa saja terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.

Alarm bangun tidur. Kita memasang alarm ini supaya kita tidak terlambat bangun dan bisa melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal dan rencana kita. Bila kita mengabaikan alarm itu, misalnya dengan mematikan dan tidak segera bangun, bisa jadi malah kita tertidur lagi sehingga ketika bangun kita kaget, ada rasa jengkel, marah dan mungkin malu karena terlambat ke sekolah, terlambat kerja dan aktivitas lainya bisa terganggu.

Alarm mobil. Bila alarm mobil berbunyi, tentu si pemilik mobil langsung bertanya, kaget, apa yang terjadi dengan mobil saya, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Lalu si pemilik segera mengecek mobilnya.

Alarm kebakaran. Demikian juga jika alarm ini berbunyi, tentu orang-orang yang berada di dalam rumah atau bangunan segera panik, dan mereka segera keluar ruangan untuk menyelamatkan diri.

Jika kita begitu memperhatikan alarm-alarm keselamatan untuk “hal-hal jasmani”, apakah kita juga memperhatikan dan peka pada alarm yang berguna untuk keselatan jiwa serta rohani kita? Tuhan telah memberi kita “alarm hati nurani” untuk membedakan hal yang baik dari hal yang buruk. Hati nurani ini juga bisa disebut suara hati yang membimbing kita ke arah yang baik. Suara hati bisa menjadi kompas, penunjuk arah, penunjuk jalan yang benar. Bagaimana kita bisa mendengar suara hati yang sedang mengingatkan kita? Saat akan melakukan hal-hal yang tidak baik, hati nurani kita seolah berkata, ”Jangan lalukan itu!” Jika peringatan ini kita abaikan dengan segala alasan dan kita tetap melakukan hal tidak baik itu, maka lama kelamaan suaranya tidak bisa kita dengar lagi di kemudian hari. Hati nurani menjadi tumpul, dan kepekaan untuk mendengar hati nurani bisa hilang. Akhirnya, hal-hal yang tidak baik itu kita anggap biasa.

Alarm dan hati nurani tentu harus dirawat, dijaga supaya tidak rusak. Merawat alarm bisa dengan memberikan perawatan setiap jangka waktu tertentu, misalnya tiap satu bulan atau dua bulan, dan seterusnya, sesuai dengan fungsinya. Bila diabaikan perawatannya, alarm-alarm itu tidak dapat berfungsi dengan baik, bahkan bisa mati.

Demikian juga supaya tetap memiliki hati nurani yang bersih, kita perlu melakukan perawatan yang sesuai. Lalu bagaimana cara merawatnya? Untuk pemeliharaan hati nurani atau suara hati tentu kita tidak bisa lepas dari Tuhan karena Dialah sumber segala yang baik. Seringnya berkominikasi dengan Tuhan dalam doa dan membaca Kitab Suci merupakan salah satu cara untuk menjaga hati nurani supaya bisa berfungsi dengan semestinya. Selain itu juga, bisa dengan meluangkan waktu untuk merenungkan atau merefleksikan tindakan kita, apakah sesuai dengan perintah Tuhan atau tidak. Singkatnya, bila kita mengikuti suara hati nurani, jiwa kita akan selamat; bila kita mengabaikan hati nurani, jiwa menuju pada kebinasaan.

Semoga di zaman yang serba modern ini, di tengah persaingan di mana orang menghalalkan segala cara untuk kebahagiaan sesaat, hati nurani kita tetap terjaga sehingga nantinya keselamatan jiwa serta kebahagiaan abadi akan menjadi milik kita.

Seperti yang pernah kita baca dalam Injil, “Tetapi orang-orang yang bertahan pada kebaikan, setia pada suara hati nurani sampai pada kesudahannya, dia akan selamat” (bdk. Mat 24:13).

 

Sr. Andrea Venty, M.C.

Tambahkan Komentar Anda