Ketika sampai pada usia lanjut, biarawati akan terus aktif karena dia tetap adalah seorang misionaris dalam ketaatan, terlepas dari usia atau pun penyakit. Dia akan menikmati dengan penuh sukacita, bagaimana seluruh kemampuan dan pribadinya telah dipergunakan demi Allah dan saudara-saudarinya. Ratio Formationis MC, No.141
Hari itu, tanggal 29 Oktober 2024, sejak pagi para suster senior Misionaris Claris sudah bersiap-siap mengeluarkan koper-koper mereka. Mau ke mana mereka? Mari kita tanya.
- “Selamat pagi Suster! Mau ke mana pagi-pagi sudah siap dengan tas dan koper serta wajah yang tampak gembira sekali?”
- Kami mau pergi Ongoing Formation”, jawab salah seorang suster dengan senyum sukacita.
Formasi dalam hidup membiara memang perlu dan berlangsung seumur hidup secara terus menerus. Tidak ketinggalan pula bagi para suster yang sudah berusia lanjut, seperti yang dikatakan dalam Ratio Formationis MC no. 5: “Karena formasi adalah sebuah proses yang permanen dan integral, artinya, sebuah perjalanan yang berlangsung seumur hidup dan menyentuh semua dimensi manusiawi”.
Dalam Ongoing Formation kali ini, para suster senior didampingi oleh RP. Ignasius Budiono, O.Carm. Dengan gayanya yang khas serta menarik, beliau menerangkan arti “Duduk diam dekat kaki Yesus mendengarkan Sabda-Nya”.
Ritme hidup para suster senior saat ini tentunya sudah tidak seperti dulu lagi, ketika mereka masih lebih muda. Waktu masih yunior, banyak waktu digunakan untuk sibuk melayani dalam karya dan, seperti para murid yang dikisahkan dalam Kitab Suci, bahkan makan pun mereka tidak sempat. Setelah memasuki usia lanjut, para suster senior membaktikan lebih banyak waktu untuk duduk dekat Yesus, berdoa dan mendengarkan Sabda-Nya. Mereka kini memiliki kerasulan doa yang tentunya sangat menolong dalam segala kerasulan kongregasi.
Bagaimakah kesan para suster senior mengikuti kegiatan ini?
Sr. Maria Immaculata Suwarti, M.C.
“Senang. Renungan sangat bagus. Cocok untuk rekfleksi tentang hidup masa lalu maupun yang akan datang. Terima kasih kepada Sr. Rina dan kongregasi untuk kesempatan ini.”
Sr. Yovita Azi, M.C.
“Senang, bahagia! Ada kebahagiaan tersendiri bisa berkumpul bersama suster dengan rata-rata usia yang sama. Bisa saling berbagi pengalaman di masa usia lanjut ini. Materi juga bagus, cocok dengan kami yang saat ini diberi banyak kesempatan untuk duduk diam dekat kaki Yesus.”
Sr. Felixia Elisabeth Wea, M.C.
“Untuk saya pribadi sungguh amat terkesan, DUDUK DI KAKI TUHAN MENDENGARKAN SABDANYA… tetapi hanya SATU SAJA YG PERLU, Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya. Itu artinya… kalau saya sudah penuh dengan TUHAN saja, maka hidup saya sudah cukup menyatu dengan TUHAN. Hal inilah yg harus terus saya perjuangkan dan hidupi dalam realitas setiap hari.”
Sr. Catharina Hartuti, M.C.
“Saya senang dengan tema yang disajikan Ongoing Formation kali ini. Terima kasih Tuhan atas rahmat kehidupan sampai saat ini. Terima kasih atas rahmat panggilan dan perutusan yang saya jalani sampai saat ini. Saat-saat yang masih ada ini, berilah saya semangat untuk dapat duduk tenang di kaki Yesus untuk mendengarkan sabda-Mu tanpa meninggalkan tugas dan tanggung jawab yang masih dipercayakan kepada saya. Tugas ini akan kulaksanakan dengan penuh kegembiraan. Semua kupersembahkan untuk keselamatan jiwa-jiwa.”
Sr. Wigbertha Gapi, M.C.
“Maria dan Martha. Dua figur yang telah menginspirasi saya bahwa, apa pun situasi diriku sebagai orang yang dikhususkan dalam panggilan hidup membiara, harus terus disuburkan dengan cinta, duduk dekat Yesus, ada relasi personal. Semua itu tidak kita temukan bila kita sibuk dengan diri sendiri.”
Sr. Tarcisia Budi Sunari, M.C.
“Menyenangkan serta mengesankan. Materinya bagus. Mengingatkan kembali tugas saya saat ini adalah merasul dalam doa. Terima kasih kepada Sr. Rina dan kongregasi untuk kesempatan ini.”
Sr. Maria Magdalena Sutarti, M.C.
“Bagus. Senang, menyegarkan dan memberi semangat kembali dalam karya saat ini.”
Ada banyak kegembiraan, kebersamaan, keceriaan selama hari-hari itu, baik dalam doa, adorasi, sharing, serta mengenal alam.
Dengan pandangan tertuju pada Allah, biarawati akan hidup dalam ketenangan dan pelepasan diri yang tulus pada penurunan aktivitasdan penyerahan tanggung jawab pemerintahan atau karya kerasulan. Dia juga tidak akan menentang ketika harus meninggalkan semua itu, melainkan dengan penuh sukacita melihat bagaimana saudari-saudarinya yang lebih muda menjalankan tugas-tugas itu, tanpa menganggap bahwa mereka kurang memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Biarawati itu selalu ingat bahwa karya itu adalah milik Allah dan Dia sendiri yang akan bertanggung jawab untuk menjaga kelanjutannya. Ratio Formationis MC, No.143
Sr. Andrea Venty, M.C.