Gereja merayakan Hari Raya semua orang kudus setiap tanggal 1 November, untuk menghormati semua orang yang telah mencapai kekudusannya. Orang-orang kudus inilah yang sering kali menginspirasi kita dalam bertindak sebagai orang Katolik. Siapakah orang kudus yang menjadi favoritmu?
Sr. Lidwina, M.C.
Saya memiliki dua orang kudus yang selama ini menyertai perjalanan hidup saya, yakni: Santa Lidwina dan Santa Faustina.
Lidwina adalah nama baptis yang orang tua berikan kepada saya. Tidak ada alasan khusus kenapa orang tua memilihkan nama itu untuk saya, namun ia menjadi pelindung saya. Santa Lidwina memiliki devosi yang mendalam terhadap Sakramen Ekaristi, dan itu mengalir dalam hidup saya. Santa Lidwina, seorang suci yang kenyang dengan penderitaan. Karena penderitaannya itulah, selama 38 tahun ia hanya bisa berbaring di tempat tidur dan selama 19 tahun hanya hidup dengan memakan Komuni Kudus. Nah, korelasinya dengan kebiasaan yang saya lakukan sejak dari lulus kuliah dan awal mulai bekerja, Misa Kudus merupakan sesuatu yang selalu harus saya lakukan. Jika absen untuk mengikuti Misa harian, hati saya merasakan suatu kesedihan dan rasa bersalah karena telah melewatkan hari itu tanpa Misa Kudus maupun Komuni Suci. Dalam Misa Kudus, saya dapat mengucap syukur atas semua berkat dan penyertaan Tuhan dalam hidup saya yang telah lalu dan juga mohon perlindungan-Nya untuk semua tugas-tugas pelayanan yang telah Ia percayakan bagi saya sepanjang hari itu. Dalam Ekaristi juga kita bisa mendoakan seluruh dunia. Santa Lidwina juga selalu mengarahkan saya untuk mengikuti dan mencintai Yesus dengan menumbuhkan, memupuk, memelihara kecintaan pada perayaan Ekaristi Kudus.
Sr. Agnes Angraini, M.C.
Orang kudus yang menjadi favorit bagi saya adalah St. Ignatius Loyola. Saya mengenal Santo Ignatius dari orang tua saya yang sering menceritakan kisah hidupnya. Moto hidup St. Ignatius Loyola adalah salah satu hal yang menginspirasi saya. Ad Maiorem Dei Gloriam berarti bahwa cara berpikir, sikap, perbuatan, dan keputusan yang kita ambil, selalu diarahkan dan dipersembahkan bagi kemuliaan Allah yang lebih besar.
Sr. Roslinda Bhoki, M.C.
Beata Maria Ines adalah salah satu orang kudus favorit sejak saya mengenalnya melalui Kongregasi ini. Beata Maria Ines adalah pendiri Kongregasi Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus atau yang sering dikenal dengan Suster MC. Saya adalah salah satu putrinya, maka sudah semestinya saya mengenal siapa Beata Maria Ines dan bagaimana latar belakang kehidupannya, sejak bersama keluarga hingga perjalanan mendirikan Kongregasi tercinta ini.
Ada banyak hal yang membuat saya terkesan, namun saat ini saya akan membagikan 2 kesan saja tentang orang kudus favoritku ini. Yang pertama, saya terkesan dengan gambar dari Beata Maria Ines, yang melukiskan wajah syahdu dan senyumnya yang sangat manis, dibalut dengan tatapan keibuan yang luar biasa. Ketika saya melihatnya untuk pertama kali, saya merasa damai dan tenang, hingga saat ini saya suka menatap wajahnya ketika saya merasa sedih atau kecewa. Dengan melihat tatapan dan senyumnya, saya kembali merasa disapa dan dikuatkan.
Yang kedua, saya melihat relasinya dengan Bunda Maria sangat akrab seperti seorang anak kepada ibunya. Bagi saya hal ini sangat luar biasa. Jika di dunia timur relasi dengan Bunda Maria kadang hanya sebatas seorang ibu yang memiliki dedikasi sangat penting bagi Gereja, yakni ibu yang melahirkan Yesus Sang Juru Selamat, maka untuk mendekati Bunda Maria saya secara pribadi masih membatasi. Namun sejak mengenal pribadi Beata Maria Ines, saya tidak lagi merasa takut atau jauh dari Bunda Maria, melainkan lebih dekat dan akrab seperti sorang ibu; dan memang Bunda Maria adalah seorang ibu. Dengan demikian, rasa cinta saya kepada Bunda Maria menjadi lebih besar. Dalam segala hal saya selalu meminta Bunda Maria untuk menolong saya, baik ketika saya merasa takut dan ragu, juga di saat senang saya pun meminta Bunda Maria untuk membawa persembahan saya kepada Yesus sebagai rasa syukur kepada-Nya. Baik suka, sukses, duka maupun kegagalan, saya persembahkan semua kepada Yesus melalui tangan Bunda Maria. Semua ini saya belajar dari orang kudus yang juga adalah ibu pendiri kongregasi saya.