Suasana pagi terasa segar memberikan rasa bahagia dan sesuatu yang lain daripada yang lain. Pagi ini kami bersiap untuk mengikuti perayaan Ekaristi di Paroki Mater Dei, sebagai acara pertama dalam ziarah bersama orang-orang baik hati yang dikirim Tuhan untuk komunitas Novisiat MC di Madiun. Mereka adalah ibu-ibu dari Paroki Mater Dei. Bagi kami, ini adalah Penyelenggaraan Ilahi yang kami terima pada hari Selasa, 25 Juni 2024. Berziarek (Ziarah dan Rekreasi) ke Sendang/Gua Maria Sriningsih, Candi Prambanan, dan terakhir ke Sumur Kitiran Mas-Pakem, Gereja Katolik Maria Asumpta, Jogjakarta.
Tujuan pertama di Gua Maria/Sendang Sriningsih ini agak menguji nyali sedikit dengan tanjakan yang berkelok. Rasa takut muncul, namun dapat ditebus dengan suasana yang sangat teduh, damai, hening saat tiba di depan Gua Maria. Keteduhan terpancar dari wajah Bunda yang menanti kehadiran kami, lembut penuh makna. “Bunda Maria, kami bersyukur atas semua yang kami alami, kami rasakan, selama dalam perjalanan dan kini kami hadir di hadapan-mu dengarkanlah segala doa kami. Bunda Maria yang manis jadilah keselamatan kami”. Ungkapan ini kami daraskan lewat doa rosario bersama dan doa pribadi dari masing-masing peserta ziarek.
Perjalanan kedua, belajar tentang peninggalan sejarah yaitu Candi Prambanan, yang bercorak agama Hindu. Candi ini disebut juga sebagai Candi Rara Jonggrang atau Candi Sewu. Kami berjalan naik-turun candi di bawah sinar matahari. Rasa takjub dan kagum akan batu-batu yang ditumpuk dengan teratur oleh tangan-tangan yang terampil. “Terimakasih Tuhan untuk segala kesempatan yang Engkau berikan kepada kami. Karena selama ini, saat kami ke Jogja untuk mengikuti Kursus Gabungan Novis Jogjakarta, seringkali kami melewati dan melihat pucuk candi dari kejauhan, sembari bergumam “kapan ya bisa masuk, semoga suatu saat nanti…” dan ternyata Tuhan mengabulkan apa yang kami inginkan. Kami menikmati dan mengagumi keindahan tempat bersejarah ini. Candinya banyak mulai dari yang besar sampai yang kecil, oleh sebab itu dinamakan “candi sewu”. Pertama masuk candi yang paling besar dan tinggi yaitu Siwa, kedua Wisnu, ketiga Wahana (candi Nandi, Garuda, Angsa), candi Krisna sedang direnovasi, sehingga kami tidak diizinkan masuk. Untuk model candi semuanya sama, namun beda bentuk dewanya. Untuk menikmati candi tidak hanya dengan berjalan kaki, kami berkeliling dengan mobil Tayo melewati Candi Bubrah, Candi Lumbung, dan Candi Sewu.
Perjalanan ketiga, menuju ke Sumur Kitiran Mas Gereja Maria Asumpta-Pakem. Di tempat ini kami menimba air kehidupan dan berdoa. Sumur Kitiran Mas berada di dalam gereja. Kami mengambil air dari sumur dengan menimba, dan air kami bawa pulang. Bagi orang yang percaya tentu ada mujizat yang terjadi. “Terimakasih Tuhan, terdorong oleh kasih-Mu dan ketekunan dan kesetiaan serta kepercayaan umat di sekitar gereja ini tercipta tempat ziarah yang unik, “sumber air” yang memberi kehidupan”.
Akhir dari ziarek, kami bertemu dengan keluarga dari saudari Tera Novis, yang rumahnya berada di sekitar Gereja Maria Asumpta. Terpujilah Tuhan atas semua kasih-Mu. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan membahagiakan, meski badan terasa lelah namun semuanya terbayar dengan semangat kegembiraan, kesederhanaan dan kepercayaan bahwa ini semua terjadi karena anugerah-Nya, semua mengalir Rahmat tanpa batas.
Anggela Azi (Novis Suster MC)
1 Comment
Mariana
Terima kasih telah berbagi cerita ziarek komunitas Novisiat MC.