Pagi ini, dari Surabaya kami berangkat ke Madiun, sebuah kota di Jawa Timur, untuk menghadiri kaul pertama para novis kami.

Seperti biasanya, di perempatan lampu lalu lintas kota, hampir selalu ada penjual koran, penjual rokok atau penjual camilan yang mencari rejeki, termasuk di perempatan ini.

Kebetulan di mobil, saya menempati tempat duduk di samping sopir.

Belum berapa jauh dari biara, di perlimaan lalu lintas depan Universitas Surabaya, sebuah pemandangan kasih terlihat jelas di depan mata.

Mobil kami berhenti persis di samping kanan sebuah truk berwarna hijau. Seketika, seorang gadis berjilbab hitam melintas di depan mobil kami menuju ke arah sopir truk hijau. Pandangan mataku pun  mengikuti gadis penjual koran ini, dan terhenti melihat sang sopir truk yang dengan senyum memanggil penjual koran itu sambil mengangkat uang kertas yang digulung hendak membeli koran.

Masih membekas dengan sangat jelas, aku melihat tatapan mata sang sopir yang begitu hangat, dan dengan senyum tulus memberikan uang itu kepada gadis penjual koran. Belum juga koran itu terlepas dari tangan penjualnya, sang sopir dengan ramah berkata, “Maaf, saya tidak akan sempat membacanya. Itu kamu bawa saja. Anggap saja saya sudah membelinya. Terimakasih”.

Lampu hijau menyala. Mobil kami pun melaju meninggalkan si gadis berjilbab hitam penjual koran.

Seketika aku merasa ada sesuatu yg terjadi dalam hatiku, dan aku belum bisa memberi nama atas perasaan itu. Namun, sepanjang perjalanan pikiranku melayang, menghadirkan kembali pemandangan indah pagi ini. Bukan tentang lautan biru yang luas seperti laut Flores, atau bukit Avatar yg memacu adrenalin, atau tentang gunung Inerie yang anggun, pun juga tentang Labuan Bajo yang bak serpihan surga; namun sebuah kepedulian, rela berbagi dengan sesama.

Terimakasih Tuhan untuk pengalaman iman ini, semoga aku pun mampu untuk belajar memiliki hati yg peduli pada orang lain.

 

Perjalanan Surabaya – Madiun, 1 Mei 2024. pukul. 07.00 WIB.

Sr. Marselina Siu, M.C.

Tambahkan Komentar Anda