Paskah telah tiba! Setiap tahun kita merayakannya, namun selalu ada sukacita dan peristiwa yang berbeda setelah empat puluh hari dan empat puluh malam kita berpuasa, berpantang, berdoa, melakukan karya amal kasih, dan belajar untuk melayani lebih sungguh seperti teladan Tuhan Yesus sendiri.
Saya bersyukur karena bisa menjalani “Retret Agung” dan merayakan Paskah tahun ini dengan suasana yang berbeda, di Komunitas Biliton, Madiun, yang berkarya dalam bidang kesehatandan. Para suster memberikan teladan dan kesaksian sebagai murid Kristus lewat tugas dan perutusan yang dipercayakan oleh Tuhan. Saya merefleksikan makna perayaan Paskah dalam komunitas adalah seperti para wanita berlari cepat-cepat setelah mengunjungi makam Yesus.
Pada waktu itu, perempuan-perempuan pergi dari kubur, diliputi rasa takut dan sukacita yang besar. Mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukan kepada para murid bahwa Yesus telah bangkit. Tiba-tiba Yesus menjumpai mereka dan berkata, “Salam bagimu”. Mereka mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka, “Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku” (Mat. 28:8-10). Setelah menemukan makan Yesus kosong, mereka merasa sedih dan mengira bahwa Yesus hilang dicuri orang. Namun Yesus menampakan diri kepada mereka dan mengatakan, “Jangan takut!” Yesus mengutus mereka untuk mewartakan kabar sukacita Kebangkitan kepada saudara-saudara-Nya dan akan menjumpai Yesus di Galilea.
Melalu peristiwa iman ini saya pun dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi rasul pewarta kebangkitan dalam komunitas di mana saya berada, dan mewartakan kabar sukacita kebangkitan-Nya dalam kehidupan sehari-sehari dengan saling membantu, mendukung, menghargai sesama saudari sekomunitas, wewartakan kabar baik.
Peristiwa sukacita itu muncul karena adanya suatu pengorbanan yang dilakukan. Seperti Yesus sendiri yang telah rela memberikan diri-Nya sebagai kurban untuk menebus dosa manusia. Dia tahu akan penderitaan yang akan dialami-Nya, namun Ia tidak lari melainkan menyerahkan diri kepada orang-orang yang menyiksa-Nya, karena cinta-Nya kepada manusia, dan ketaat kepada Bapa-Nya sampai wafat di kayu salib.
Sebagai manusia, kita pun seringkali mengalami penderitaan, baik secara fisik maupun psikis. Namun apakah kita selalu mampu menerima semua itu dengan sukacita? Saya yakin bahwa kita masih sering jatuh pada kelemahan kita sehingga cenderung menghindar atau lari dari masalah itu. Namun pasti juga di antara kita ada yang dengan rela dan berani menerima serta menghadapi segala penderitaan itu dengan sukacita.
Seandainya kita mampu menjadi pribadi yang selalu rela berkorban dan berjuang untuk selalu menjadi pribadi yang tulus memberikan diri kepada Tuhan dan sesama, pastilah kita akan merasakan sukacita Paskah yaitu kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus.
Karena cinta-Nya yang besar maka marilah kita selalu bersyukur atas segala kesempatan yang Dia berikan kepada kita di dalam kehidupan kita setiap hari. Maukah kamu berusaha dengan gembira dalam karya kasih-Nya? Kalau saya… dengan senang hati Yesusku. Inilah aku, pakailah hidupku.
“Buanglah ragi yang lama supaya kamu menjadi adonan yang baru” (1 Kor. 5:7)
Sr. Reniana Yuda, M.C.