Manusia pada umunya ingin hidup bahagia apapun keadaannya, dan untuk mencapai kebahagiaan membutuhkan usaha dan perjuangan dalam realitas dunia yang diwarnai dengan kesulitan, tantangan, masalah, bencana, penyakit, derita fisik, dan lain-lain. Teks Injil Matius 5:1-12, yang biasa kita kenal dengan Khotbah Yesus di bukit, berisikan prinsip atau dasar hidup yang berpedoman pada iman dan tuntunan terang Roh Kudus. Bahagia yang dimaksudkan adalah lebih pada kesejahteraan karena persatuan yang erat dengan Allah, yang memampukan kita untuk bertahan dalam aneka kesulitan dan tantangan dan tetap setia pada iman akan Allah. Pesan lain dari teks Injil dalam perikop ini adalah tawaran untuk memiliki keutamaan-keutamaan kristiani seperti kelemahlembutan, kemurahan hati, kesucian hati dan menjadi pribadi pembawa damai. Sabda bahagia ini sangat unik dan menjadi ciri hidup umat beriman yang otentik.
Ajakan Yesus untuk menjadi bahagia dalam situasi apapun seperti miskin, dukacita, dianiaya karena kebenaran, tidaklah mudah untuk dipahami. Bahagia yang dimaksud dalam perikop ini tentu tidak seperti apa yang ditawarkan oleh dunia. Yesus menunjukan kepada kita bahwa apa yang dikatakan-Nya itu adalah kebenaran, seperti Dia sendiri juga melaksanakannya melalui jalan salib menuju kemuliaan demi keselamatan umat manusia.
Salib menunjukkan bahwa ada sukacita besar di balik setiap masalah, kesulitan, dan penderitaan.
Beata Maria Ines, Pendiri Kongregasi Suster Misionaris Claris, menulis bahwa panggilan kita “dari Salib menuju Terang”, dari Salib Penebusan Sang Penyelamat Ilahi ke salib berdarah yang penuh penderitaan dari jiwa yang mempersembahkan dirinya sebagai kurban kepada Tuhan-Nya. Salib seringkali tidak terlihat oleh manusia, sebab jiwa yang mempersembahkan diri sebagai kurban akan tahu menyembunyikannya karena “rahasia Raja adalah untuk Raja” (Kecapi Hati Misionaris Claris hal. 55).
Marilah kita menapaki jalan yang telah dilalui oleh Tuhan kita Yesus Kristus dan melepaskan diri dari segala kelekatan duniawi yang berlebihan. Hanya Allah yang menjadi segala-galanya dalam kehidupan ini. Amin!
Sr. Maria Goreti Adjo, M.C.