diterjemahkan dari https://www.uisg.org/es/news/Day-Consecrated-Life
Vatikan, 25 Januari 2023
Prot. n. Sp.R. 2930/23
Saudara dan saudari kaum hidup bakti yang terkasih:
Saat ini, dimana Gereja sedang menghirup semangat sinodal, dengan sukacita kita merayakan Hari Hidup Bakti XXVII dengan Perayaan Ekaristi di Basilik Santa Maria Mayor. Karena ketidakhadiran Bapa Suci yang sedang melakukan perjalanan apostolik ke Republik Demokrat Kongo dan Sudan Selatan, perayaan akan dipimpin oleh Kardinal João Braz de Aviz. Melalui perayaan ini kita mengenang dengan penuh syukur, karunia luar biasa besar dari panggilan kita untuk menjadi “kenangan hidup akan keberadaan dan cara bertindak Yesus” (Vita Cosecrata no. 22) dan, menyadari bahwa cukuplah Kasih Karunia-Nya bagi kita (bdk. 2 Kor. 12:9), dengan kerendahan hati dan penuh kepercayaan kita memohonkannya untuk dapat menghayati karunia kesetiaan dan sukacita ketahanan.
Hari Hidup Bakti menyatukan kita semua, komunitas-komunitas hidup bakti yang tersebar di seluruh dunia, peziarah yang berjalan di tanah yang sama, dan yang hidup di jaman yang menantang kita dengan seruan-seruannya. Allah masih terus memanggil orang-orang untuk membaktikan hidup mereka dalam berbagai ekspresi yang saling melengkapi dan memperkaya, dan yang pertama-tama merupakan karunia bagi Gereja. Tarekat-tarekat hidup bakti (religius, monastik, kontemplatif, sekular, ‘institut-institut baru’), Ordo virginum, petapa dan serikat-serikat hidup kerasulan, mengekspresikan hidup bakti yang mengejawantahkan Injil dengan cara hidup khusus, yang mampu membaca tanda-tanda jaman dengan mata iman, serta berusaha menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja dan dunia dengan kesetiaan yang dinamis (bdk. VC 37).
Perjalanan sinodal telah mengarahkan pesan-pesan kami sebelumnya, dimana kami menggarisbawahi persatuan dan partisipasi. Pada pesan ini, kami menekankan pada misi, untuk ‘melapangkan tenda’, sikap yang merupakan pusat dari aksi misioner, seperti yang disebut dalam dokumen kerja untuk tahap kontinental Sinode. Misi membawa kita pada kepenuhan dari panggilan kristiani, memberi peluang untuk kembali pada ciri khas Allah yang adalah: “kedekatan, belas kasih dan kelemah-lembutan” yang dinyatakan dengan kata-kata, kehadiran, dan ikatan persahabatan. Kita tidak dapat memisahkan diri dari kehidupan; pentinglah seseorang bersedia menanggung “kelemahan-kelemahan dan kepapaan jaman kita ini, merawat luka-luka dan menyembuhkan hati yang hancur dengan urapan minyak Allah” (Paus Fransiskus, pada awal proses sinode, 9 Oktober 2021).
“Misi adalah oksigen bagi hidup kristiani yang menguatkan dan memurnikannya” (Paus Fransiskus, Audiensi Umum, 11 Januari 2023). Untuk menghayati misi seturut gaya Allah, sebagai kaum hidup bakti kita membutuhkan hembusan nafas Roh Kudus yang memberi oksigen pada pembaktian kita, yang melebarkan tenda kita, yang tidak membiarkan terhapusnya kerinduan untuk keluar dan menjangkau orang lain serta mewartakan Injil, yang menghidupkan kembali api misioner kita. Dia adalah pelaku utama misi dan sekaligus yang menjaga kesegaran iman kita agar tidak layu.
Hari Hidup Bakti mendorong kita, sebagai kaum hidup bakti, untuk bertanya pada diri sendiri: Apakah kita kerap kali memohon kedatangan Roh Kudus dan meminta-Nya untuk menyalakan dalam hati kita api misi, gairah merasul, cinta pada Kristus dan pada umat manusia? Apakah kita merasa terdorong untuk ‘mengatakan apa yang telah kita lihat dan dengar’ (1 yoh. 1:3)? Apakah kita merasakan nostalgia akan Kristus? Apakah kita bersedia menderita dan mengambil resiko seturut hati Sang Gembala? Apakah kita siap sedia untuk ‘melebarkan tenda kita’, untuk berjalan bersama? Dan yang terpenting, kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah pribadi Yesus, perasaan-perasaan-Nya serta belas kasih-Nyalah yang mengobarkan gairah hati kita?
Sejak dulu, juga pada tahun-tahun terakhir, para saudari dan saudara kaum hidup bakti telah memeluk perasaan-perasaan Yesus sendiri, dan itulah yang mendorong mereka untuk memberikan hidup bagi saudara-saudarinya. Hari ini kita merayakan darah mereka yang dicurahkan bersama dengan darah Kristus, yang berteriak lebih keras dari kotbah-kotbah tentang misi. Bersama mereka, dicurahkan pula darah pada korban perang, kekerasan, kelaparan, dan ketidakadilan.
Kita, yang setiap hari menyentuh keselamatan Allah, hendaklah kita menjadi rahmat yang dicurahkan secara cuma-cuma bagi orang lain, dengan segala keberadaan diri dan milik kita. Kita, yang menyentuh ‘tubuh Kristus yang menderita dan mulia dalam sejarah hidup sehari-hari’, marilah kita melebarkan tenda kita dan berbagi ‘pengharapan yang lahir dari kesadaran bahwa Tuhan selalu mendampingi kita. Sebagai orang kristen, kita tidak dapat menyimpan Tuhan bagi diri kita sendiri: misi evangelisasi Gereja menyatakan dampaknya yang total dan publik dalam transformasi dunia dan dalam merawat ciptaan” (Paus Fransiskus, Pesan pada Hari Misi Sedunia, 6 Januari 2021).
Di mana pun kita berada, bagaimana pun keadaan kita, kita adalah misi jika dalam hati kita ada Kasih Allah. Misi melebarkan ruang tenda kita dan mengajarkan untuk bertumbuh dalam keselarasan yang tulus, memperkuat ikatan-ikatan, berjalan bersama, bergegas seperti Maria dan dengan sukacitanya yang mendalam.
Bersama, dalam persatuan dan partisipasi, kita adalah Misi Allah!
Maria mendampingi kita dalam perjalanan misi ini.
Kardinal João Braz de Aviz (Prefek)
José Rodríguez Carballo, O.F.M. (Uskup Agung Sekretaris)