“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk!” (Mrk. 16:15)

Kata ‘pergilah’ dan ‘beritakanlah’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung makna perintah, dan jika digunakan dalam sebuah kalimat, menyatakan keharusan untuk melakukan sesuatu.

Ada banyak kisah pengalaman para misionaris yang menceritakan kisah perjalanan misioner mereka ketika berada di suatu tempat yang baru. Biasanya diawali kisah yang penuh tantangan, kesulitan dan perjuangan, lalu pada akhirnya ada sukacita, kegembiraan dan rasa betah berada di tengah umat, ada sukacita meski ditengah kesulitan yang dialami.

Kita masing-masing pun pasti memiliki kisah misioner pribadi. Misalnya ketika berada di wilayah yang baru, komunitas baru dan juga tugas yang baru, kita pernah mengalami kisah yang tidak jauh berbeda. Awalnya ada perasaan takut, pergulatan, air mata dan akhirnya, ada sukacita dan tawa bahagia.

Menjadi refleksi kita, apakah kita kuat bertahan dalam tantangan misi ataukah kita mudah mengangkat lambaian tangan kekalahan ketika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam misi. Ataukah kita membiarkan diri berproses terus menerus bersama Tuhan untuk sampai pada ketahanan mental dalam pelaksanaan ketaatan yang dipercayakan kepada kita masing-masing?

Dalam bacaan injil hari ini, yang merupakan peringatan Santo Fransiskus Xaverius, kita diajak untuk merefleksikan secara lebih mendalam tentang makna misi yang harus kita hidupi dalam panggilan menjadi seorang misionaris.

St. Fransiskus Xaverius

Santo Fransiskus Xaverius dijadikan pelindung misi bukanlah tanpa alasan. Semangatnya yang berkobar-kobar untuk mewartakan Kristus ke seluruh dunia telah membawanya pergi sangat jauh untuk mewartakan Injil. Ada bebarapa hal yang dapat kita teladani dari semangat misi orang kudus ini:

  1. Kepekaan hati untuk mendengarkan

Santo Fransiskus Xaverius terlahir sebagai seorang bangsawan yang kaya raya dan berpendidikan tinggi. Dia memiliki segala-galanya, namun hatinya selalu bergejolak ketika Santo Ignatius melontarkan pertanyaan: “Apa gunanya manusia mendapatkan seluruh dunia, jika ia harus kehilangan nyawanya?”. Demikianlah keterbukaan hati yang terus menerus mau mendengarkan kehendak Tuhan dalam hidup, mengantarkan dia untuk mampu melihat impian Tuhan.

  1. Semangat yang terus berkobar untuk mewartakan Injil

Santo Fransiskus Xaverius, dengan semangat yang berkobar-kobar, mewartakan Injil ke seluruh dunia meski harus mengalami kesulitan yang tidak sedikit. Imannya yang kuat pada Tuhan memampukan dia untuk dapat melewati semua kesulitan.

  1. Kepercayaan dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan

Santo Fransiskus Xaverius selalu percaya pada Tuhan sebagai sumber kehidupan, dan inilah yang mendorongnya untuk selalu mewartakan Kristus di mana saja ia berada.

  1. Mencintai misi

Santo Fransiskus Xaverius sungguh menunjukkan betapa besar cintanya pada misi. Kecintaannya itu ditunjukkan  melalui semangat  yang terus menerus untuk mewartakan Injil melalui katekese, mengajarkan doa-doa dan mengajarkan tentang nilai-nilai kristiani. Salah satu wujud kecintaannya pada misi adalah dia selalu menempatkan diri sebagai bagian dari umat di mana ia berada. Misalnya makan makanan seperti penduduk setempat dan tidur bersama mereka  di atas tanah dalam gubuk sederhana.  

“Semoga semua orang mengenal dan mencintai-Mu, inilah balasan satu-satunya yang kuinginkan”. Untaian kalimat ini menjadi suatu ungkapan kerinduan hati dari Beata Maria Ines dalam seluruh perjalanan hidupnya dan sungguh mewarnai seluruh perjalanan misinya. “Dia memanggilku untuk menjadi ibu keluarga misionaris”, demikian kata-kata yang didengar oleh Beata Maria Ines pada hari kaul pertamanya tahun 1930. Hasratnya untuk menjadi sorang misionaris terus menggema dalam batinnya dan selalu menantikan saat dimana Tuhan menghendaki dimulainya perjalanan ini. Keinginan menjadi seorang misionaris terasa makin kuat sehingga menjadi suatu obsesi (Biografi Maria Ines, 2022:61).

Kita sebagai seorang Misionaris Claris  hendaknya selalu ingat akan semangat misi yang menjadi kerinduan hati dari Beata Maria Ines yang telah diwariskan kepada kita masing-masing. Agar semua orang semakin mengenal dan mencintai Tuhan melalui karya pewartaan yang kita lakukan dalam kehidupan kita setiap hari, dalam karya-karya pelayanan yang kita lakukan. Ada banyak bentuk tantangan misi yang kita hadapi yang berbeda bentuknya, tidak seperti Santo Fransiskus Xaverius. Namun yang paling utama adalah kesetiaan untuk terus bertahan menjadi seorang misionaris. Mampukah kita bertahan dalam tantangan?  

Sr. Petronela Dhiu, M.C.

Tambahkan Komentar Anda