PENGALAMAN IMAN 50 TAHUN
SEBAGAI MISIONARIS CLARIS DARI SAKRAMEN MAHAKUDUS
22 juni 1975 – 22 juni 2025
“Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik , Kasih setia-Nya tetap selama-lamanya” (Maz. 100:4-5)
Ya Tuhan yang Mahabaik, aku bersyukur ke hadirat-Mu atas anugerah yang begitu luhur, rahmat kesetiaan menjawab panggilan Tuhan sampai hari ini. Syukur bagi-Mu, Tuhan, di hari yang penuh rahmat ini, aku boleh memperbaharui penyerahan diri dalam Kongregasi Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus yang tercinta dengan setia.
Perjalanan 50 tahun bukanlah waktu yang pendek namun juga bukan waktu yang panjang bila dilalui dengan penuh rasa syukur dan sukacita. Anugerah yang sangat indah dan luar biasa bahwa aku boleh merayakan rasa syukur ini bersama seluruh Gereja semesta yang juga merayakan Tahun Yubileum. Semoga Tahun Yobel merupakan momen indah bagiku untuk membaharui diri dan menumbuhkan semangat iman yang baru. Banyak hal ajaib yang Tuhan kerjakan bagiku, tanpa bantuan-Nya aku tak mampu sesuatu, bersama-Nya aku berani melangkah maju.
Inilah saat rahmat, saat pengharapan, saat memberikan yang kumiliki, saat yang tepat untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dan bersama Bunda Maria, saat untuk semakin terbuka pada kehendak Tuhan. Aku, sebagai suster Misionaris Claris, diundang untuk selalu berserah diri secara total kepada Allah, maka hati dan pikiran menjadi tenang, damai. Berserah bagiku bukan berarti menyerah pada keadaan tetapi sikap mempercayakan segalanya pada kehendak Tuhan yang mahabaik. Itulah yubileum yang sejati.
Suka, duka dalam hidup membiara
Bagiku pribadi, aku mengalami banyak sukacita sampai saat ini. Aku merasa senang, bahagia, karena masih mengenal langsung ibu pendiri, Madre Maria Ines. Aku tidak pernah menyesal menjadi anggota Kongregasi Misionaris Claris karena di biara mempunyai saudari sepanggilan yang saling mendukung dan menguatkan dalam menjawab panggilan Tuhan. Selain itu aku juga boleh mengenal beberapa pulau dan negara lain. Seandainya aku tidak menjadi suster, pasti hanya tahu Pulau Jawa. Ketika aku pergi ke komunitas mana saja, aku diterima dengan baik dan tentu masih banyak sukacita lain yang kualami.
Kesulitan tentunya juga tetap ada misalnya: saat menerima tugas baru di tempat yang baru. Kesulitan pertama yakni harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, adat istiadat, bahasa, kebiasaan dan sebagainya. Seperti sekarang ini aku bertugas di Kalimantan Tengah, aku mengalami kesulitan karena belum dapat berbahasa Dayak.
Kekuatan yang menopang dan membimbing perjalanan hidupku sebagai Misionaris Claris adalah Semangat Ekaristi di mana setiap hari aku boleh menyambut Tubuh dan Darah-Nya sebagai santapan rohani yang selalu menjiwai hati dan budi, sehingga dalam menghadapi kesulitan apa pun aku tetap mempunyai harapan bahwa Allah itu baik dan kasih setia-Nya tetap selama-lamanya. Dalam setiap tantangan dan kesulitan percaya bahwa Allah yang memanggil akan selalu menopang, menyertai dan menyempurnakan karya-Nya dalam diriku. Setia pada panggilan, bersemangat iman dengan penuh kepercayaan kepada Allah yang telah memanggil dan menyertai perjalanan ini, maka aku mampu bertahan sampai hari ini telah melewati 50 tahun hidup membiara, dapat menemukan makna dalam setiap peristiwa kehidupan.
“Ijinkanlah, Tuhan, agar aku menjadi bagi para saudari dan rekan dalam pencobaan, bintang kecil yang menerangi jalan mereka, cahaya kecil yang memberi mereka kehangatan” (Beata Maria Ines)
Kisah Peziarahan
Tidak perlu menjadi seperti berlian untuk dikagumi dan disukai banyak orang. Tetapi jadilah seperti garam yang dibutuhkan banyak orang. Walaupun berlian itu indah, tetapi hanya dipuja dari kejauhan. Sedangkan garam, meski sederhana namun selalu hadir di setiap hidangan yang memberi rasa dan makna, seperti kehadiran yang tulus dalam kehidupan orang lain. Seperti garam yang tersembunyi dalam rasa, jadilah kekuatan yang tak terlihat namun selalu dirasakan. Jangan hanya bercahaya untuk dilihat, tetapi jadilah penerang bagi mereka yang tersesat. Jadilah garam yang rela untuk larut demi memberikan arti. Dalam kesederhanaan ada kekuatan untuk membawa kebahagiaan. Garam tak bersinar, namun tanpa dia segalanya terasa hambar. Seperti garam, kerelaanmu adalah bumbu kehidupan yang sejati. Tak perlu mewah untuk berharga, namun cukup menjadi berguna; tidak perlu menjadi sempurna, cukup menjadi bermakna dalam kehidupan sesama (Sarangan, 5 April 2025, RP. Manuel Edi Prasetyo, CM)
Aku sangat terkesan akan makna kisah ini yang dapat dihayati dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka, marilah kita hidup sederhana dan rendah hati. Jadilah garam yang bermakna bagi kehidupan sesama. Syukur terima kasih bagimu, Tuhan, atas kesempatan yang luar biasa ini, Engkau sungguh baik dan Kasih setia-Mu tetap selama-lamanya.
Sr. Chattarina Hartuti M.C
2 Comments
Agus dwi.s
Suster adalah potret ketulusan dan kerendahan hati yang nyata. Semoga selalu sehat dan bahagia🙏🙏
Veronica Eni Susilowati
Proficiat kagem Sr Catharina Hartuti,MC.
atas 50 tahun kaul membiara menjadi Suster Misionaris Claris dari Sakramen Maha Kudus semoga suster semakin meneladan Beata Maria Ines,sehat dan bahagia selalu dalam berkarya.
Kami mohon doakan kami semoga juga bisa rendah hati dan hidup sederhana. Amin. Berkah Dalem 🙏