Dalam rangka Hari Minggu Panggilan sekaligus menyongsong ulang tahun ke-69, tahun 2025 ini Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus, Wedi, mengadakan live in panggilan yang dilaksanakan pada tanggal 23-25 Mei 2025. Sebanyak 42 bruder, frater dan suster dari 20 kongregasi antusias mengikuti kegiatan ini, dan tiga orang suster dari Misionaris Claris.
“Mbalur” (ambyur mbangun sedulur), tema yang diangkat menjadi warna dan inspirasi dalam kegiatan. Setelah acara penyambutan dan pengarahan, para peserta live in dijemput oleh masing-masing ketua lingkungan menuju ke lingkungan-lingkungan yang telah dibagi oleh panitia. Kegiatan hari pertama adalah doa rosario bersama umat lingkungan dilanjutkan dengan sarasehan dan dinamika. Pada kesempatan ini, para peserta live in memperkenalkan kongregasi masing-masing serta berbagi pengalaman iman selama hidup membiara.
Melalui perjumpaan ini, diharapkan umat semakin mengenal kekayaan Gereja melalui orang-orang yang memilih jalan hidup panggilan khusus serta berharap semoga ada anak-anak muda yang berani mendedikasikan hidupnya secara khusus untuk menjadi imam maupun biarawan/wati.
Hari kedua, Sabtu 24 Mei 2025, para peserta live in melakukan kunjungan ke rumah umat lingkungan untuk sedikit berbagi cerita dan menguatkan keluarga-keluarga yang sudah lama tidak aktif di gereja dan lingkungan karena berbagai hal. Sore hari, pukul 15.00, semua peserta live in, anak-anak calon penerima komuni pertama, orang tua dan beberapa panitia berkumpul di halaman gereja. untuk berjalan kaki dari Gereja Wedi menuju Gua Maria Giriwening. Sebanyak 130 orang berjalan bersama menuju Gua Maria yang berjarak sekitar 10 km ini. Perjalanan diwarnai dengan saling cerita, berbagi, juga menyemangati. Perjalanan tidak mudah karena melewati tanjakan yang sangat tinggi, namun karena adanya rasa persaudaraan yang saling menguatkan dan menyemangati maka semua peserta dapat sampai dengan selamat dan penuh sukacita.
Pukul 19.00, perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh RD. Basilius Edy Wiyanto, selaku romo paroki Wedi. Dalam homilinya Romo Edy mengatakan secara khusus kepada anak-anak calon penerima komuni pertama bahwa hidup beriman Katolik tidak cukup hanya hafal doa-doa pokok Gereja, tetapi bagaimana perjalanan hidup iman yang seharusnya menjadi perjuangan terus menerus sehingga tidak dengan mudah meninggalkan Gereja Katolik. Sementara untuk para peserta live in, Romo Edy mengatakan bahwa dinamika yang terjadi sepanjang perjalanan dari Gereja Wedi menuju Gua Maria Giriwening, hendaknya juga menjadi alasan bahwa panggilan itu patut untuk diperjuangkan dan kiranya perjuangan ini membuahkan hasil dengan semakin banyaknya anak-anak muda yang berani berkomitmen untuk menjadi imam maupun biarawan/wati.
Hari ketiga, Minggu 25 Mei 2025, kami mengikuti Misa Kudus di gereja jam 08.00 yang dipersembahkan oleh RD. Heribertus Warnata Natawardaya. Setelah Misa dilanjutkan dengan dinamika bersama dengan anak-anak, remaja, kelompok Misdinar, dan calon penerima Sakramen Penguatan. Pada kesempatan ini para peserta live in memperkenalkan kongregasi secara lebih spesifik dengan masuk ke kelompok-kelompok anak-anak tersebut secara bergantian. Semua mengikuti dengan semangat dan antusias meskipun hujan deras.
Berikut sedikit pengalaman dari para suster yang mengikuti live in di paroki Wedi;
Sr. Ermelinda Owa, M.C.
Ini merupakan pengalaman pertama saya, dan yang menarik bagi saya adalah bahwa saya dapat mengenal banyak kongregasi. Yang kedua, saya senang dapat bergabung bersama umat lingkungan dalam doa Rosario bersama serta dapat bertemu langsung dengan mereka khususnya ketika melakukan kunjungan. Sedangkan pengalaman yang cukup mengerikan bagi saya adalah ketika melakukan perjalanan ke Gua Maria Giriwening. Saya hampir tidak kuat, namun berkat dukungan dan semangat dari banyak orang, akhirnya saya dapat menyelesaikan perjalanan. Namun, meskipun saya sempat merasa ragu-ragu dan sempat mengeluh saat live in, justru di sinilah saya merasakan Roh Kudus yang menguatkan saya untuk melakukan sesuatu yang saya rasa tidak dapat melakukannya.
Sr. Clara Sinaga, M.C.
Saya bersyukur mengalami perjumpaan dengan umat di Lingkungan Santo Barnabas, lingkungan di mana saya tinggal. Umat menerima saya dengan sukacita dan kesempatan ini saya gunakan untuk mengenalkan kongregasi, Bunda Maria Guadalupe dan ibu pendiri Beata Maria Ines. Perjalanan ke Gua Maria Giriwening menjadi pengalaman yang sangat mengesankan dan tidak terlupakan karena perjalanan cukup jauh dan menguras tenaga. Dalam melakukan perjalanan ini, saya merenungkan dengan penuh iman bahwa untuk sampai pada sebuah tujuan itu ibarat seperti jalan, ada naik- turun, juga ada liku-liku. Meski demikian, hal ini tidak menjadi penghalang untuk sampai berjumpa dengan Bunda. Sepanjang perjalanan saya mengulang-ulang doa Salam Maria dalam hati, dan itu memberi kekuatan dan semangat bagi saya untuk akhirnya sampai berjumpa dengan Bunda.
Sr. Yosefine Catur Rusia Putri, M.C.
Yang menarik bagi saya adalah ketika berjumpa dengan umat dalam kunjungan pada hari Sabtu pagi, melihat bagaimana umat lingkungan menerima dengan penuh sukacita kehadiran kami (karena kami rombongan) dan sengaja mengosongkan waktu untuk secara khusus berjumpa dengan kami. Kemudian juga pengalaman ketika mengikuti perjalanan menuju Gua Maria Giriwening. Perjalanan yang cukup jauh dengan rute yang tidak mudah karena melewati tanjakan yang tajam. Namun saya mendapatkan pengalaman iman yakni bahwa segala sesuatu dalam hidup ini, apapun itu, harus diperjuangkan. Tentu perjuangan ini tidak mudah, dan saya tahu bahwa saya tidak sendiri. Ada banyak orang di sekitar saya yang siap membantu saya dalam perjuangan itu.
Tim Promosi Panggilan MC