“Markus, Mengapa kamu terus bekerja keras untuk tuanmu?” tanya seorang pria dengan alis berkerut.

Di sebuah desa kecil, ada seorang pelayan bernama Markus, yang bekerja di rumah seorang tuan yang kaya raya. Setiap hari, Markus bangun pagi, membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan merawat kebun. Ia melakukan semua ini tanpa mengeluh. Suatu hari, seorang teman lamanya datang berkunjung dan bertanya, “Markus mengapa kamu begitu kerja keras untuk tuanmu? Apakah ia pernah mengucapkan terima kasih atau memberimu hadiah khusus atas kerja kerasmu?”

Markus merenung. Di dalam hatinya ia mengatakan, “Sebenarnya, tuan jarang memberikan pujian, apalagi hadiah Istimewa.” Namun, ia tetap fokus pada pekerjaanya. Ia menjawab temannya, “Aku bekerja bukan demi pujian atau hadiah. Aku bekerja karena ini tugasku. Aku melakukan apa yang menjadi kewajibanku.”

Pada saat itu juga, tuannya mendengar percakapan mereka. Ia mulai sadar bahwa selama ini ia belum pernah berterima kasih kepada pelayan setianya. Tetapi ia juga menyadari bahwa pelayan itu tidak bekerja untuk mendapatkan perhatian, ia bekerja karena itulah panggilannya. Keesokan harinya, sang tuan memanggil Markus dan berkata, ”Engkau pelayan yang setia. Aku telah melihat bagaimana engkau bekerja tanpah pamrih, dan aku sangat menghargainya. Karena itu, aku ingin memberimu tanah untuk dirimu sendiri.”

Markus terkejut dan bersyukur, serta berkata, ”Tuan, aku melayani bukan untuk hadiah. Aku hanya menjalankan tugasku.” Namun, tawaran itu diterimanya sebagai bukti bahwa kerja yang dilakukan tanpa pamrih, membawa hasil yang lebih besar dari yang dibayangkan.

Cerita itu mengajarkan kita tentang ketulusan melayani dan menjalankan kewajiban. Sering kali, kita terjebak dalam harapan akan pengakuan, pujian, atau imbalan atas segala yang kita lakukan. Namun, ajaran Yesus dalam Injil Lukas 17:7-10 mengingatkan kita bahwa seorang hamba atau pelayan, melakukan pekerjaannya bukan untuk menerima kehormatan, melainkan karena memang itu tanggung jawabnya.

Dalam kehidupan iman, kita dipanggil untuk mengabdi kepada Tuhan dengan hati yang ikhlas dan setia, seperti seorang hamba yang melayani tuannya tanpa pamrih. Tindakan-tindakan berdoa, melayani sesama, atau melakukan suatu kebaikan bukan untuk mencari pujian atau penghargaan, melainkan semata-mata karena kita tahu bahwa itu adalah panggilan dan kewajiban kita sebagai orang yang percaya. Kadang, kita merasa lelah atau tidak dihargai. Namun, seperti Markus yang tetap melayani tanpa mengeluh, kita diajak untuk menjalankan peran kita dengan setia, percaya bahwa Tuhan melihat dan menghargai usaha kita, meskipun dunia tidak selalu memberikannya. Pada akhirnya, pelayanan yang tulus melahirkan kebahagiaan sejati bukan karena imbalan duniawi, tetapi karena kita tahu kita telah menyenangkan hati Allah.

Jadi, mari kita melayani dan menjalankan tugas-tugas hidup kita dengan penuh kasih, tanpa pamrih, dan tetap bersandar pada iman. Kita melakukannya bukan untuk mencari penghargaan dari manusia, tetapi karena itulah yang Tuhan harapkan dari hamba-hamba-Nya yang setia.

 

Sr. Rosadalima Ngguwa, M.C.

Tambahkan Komentar Anda