“Di manakah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?

Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan

kami datang untuk menyembah Dia.” (Mat. 2:2)

 

Itulah pertanyaan para Majus yang membuat Herodes terkejut karena merasa terancam kedudukannya sebagai raja. Membaca kata “bintang”, saya teringat akan tulisan Beata Maria Ines dalam buku Kecapi Hati Misionaris Claris yang mengatakan,”Ijinkanlah aku, Tuhan, menjadi bagi saudari-saudariku dalam biara, bagi teman-teman sependeritaan, bintang kecil yang menerangi jalan mereka, sinar yang menghangatkan mereka….”

Dalam dua kutipan ini, kata “bintang” merupakan penuntun, penunjuk jalan serta arah untuk menemukan sesuatu yang sangat berharga dan yang baik.

Demikianlah dalam kehidupan sehari-hari, kita juga dituntun oleh Allah dengan ”bintang-bintang” menuju kebenaran serta kebaikan. Namun, sering kali bintang-bintang itu tertutup oleh hal-hal yang lebih menarik di dunia. Allah menuntun kita, memberi kita bintang penerang, terutama melalui Sabda-Nya dalam Kitab Suci, namun tawaran-tawaran kebaikan dari Allah itu  tertutup oleh tawaran dunia yang mengedepankan kehormatan, kemewahan dan kenikmatan dunia.

Bintang-bintang Tuhan nampak dalam setiap orang yang mengajarkan serta menuntun pada kebaikan. Jika ada orang atau teman yang menegur kita karena kelemahan kita, meskipun dia orang yang lebih muda atau orang yang tidak kita sukai, kurang terpandang, tapi dia dengan tulus mengatakan kebenaran, dia itulah bintang yang sedang mengarahkan kita pada kebaikan. Kadang secara tidak sadar kita menolak bintang itu dengan berkata, “Kamu ini siapa sih, kamu kan bawahan saya, kamu tahu apa tentang itu?” atau “O, kamu anak bau kencur (dianggap masih muda,  belum banyak  pengalaman), sok tahu dan sok suci!”. Atau ketika orang tua dan guru menasehati anak-anak untuk tekun belajar, jujur serta disiplin, itu juga bintang bintang yang sedang menuntun pada kebaikan.

Rendah hati adalah salah satu cara agar kita bisa melihat bintang-bintang yang dikirim Tuhan. Rendah hati untuk menerima nasehat dan teguran baik dari siapa saja. Seperti ada ungkapan yang menyatakan, “Lihatlah apa yang disampaikan dan janganlah melihat siapa yang menyampaikan”.

Sebagai seorang misionaris, sebagai nabi yang merupakan salah satu tugas kita setelah menerima baptisan, kita pun dipanggil untuk menjadi bintang-bintang penerang bagi orang lain untuk menuju pada Yesus, Sang Kebaikan. Bintang-bintang dalam sapaan yang ramah, dalam pengampunan, dalam pengertian, dalam senyuman, dalam penghiburan bagi yang bersusah dan putus asa, dalam cinta kasih kebaikan-kebaikan kecil, dalam nasehat yang membangun, dalam perkataan positif dan memberi semangat.   Bintang yang memantulkan cahaya dan terang supaya  mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (bdk. Mat. 5:16).

Seperti para Majus yang dibimbing bintang dan menemukan Tuhan, semoga kita juga berjalan sebagai peziarah pengharapan yang senantiasa bisa melihat bintang Tuhan yang menuntun pada jalan kebaikan, kebenaran sehingga kita pun bisa melihat Dia.

 

Sr. Andrea Venty, M.C.

Tambahkan Komentar Anda