Tanggal 17 November, hari dimana Gereja Katolik memperingati Santa Elisabeth dari Hungaria. Elisabeth adalah putri Raja Hungaria. Sejak kecil ia tinggal di benteng pangeran Turingia, bangsawan Jerman. Saat berumur 11 tahun, Elisabeth bertunangan dengan Ludwig, putra dari pangeran Turingia. Kehidupan Elisabeth sangat mewah, namun ia lebih memilih untuk hidup sederhana. Ia tidak pernah melupakan kaum miskin yang serba kekurangan. Ia berjalan, berkeliling untuk mengunjungi dan memberi mereka makanan, pakaian, dan uang. Hal ini dilakukannya secara diam-diam tanpa diketahui penghuni istana bahkan suaminya sendiri. Ia juga menolak menikmati makanan yang serba enak dan pakaian mahal karena ia tahu semua itu hasil pemerasan para bangsawan terhadap rakyat kecil.
Sikap ini tidak disukai oleh anggota keluarganya yang lain. Mereka menuduh Elisabeth memboroskan kekayaan suaminya dengan membagi-bagikan makanan kepada orang miskin.
Suatu ketika, suami Elisabeth mendapatinya sedang keluar secara sembunyi-sembunyi membawa bungkusan penuh roti dan pakaian. Ketika ditanya, Elisabeth, dengan bingung namun percaya penuh pada Tuhan, langsung menjawab bahwa yang dibawanya adalah bunga mawar. Ketika suaminya melihat isi dari bawaanya ternyata benar bunga mawar. Yang Mahabaik telah melindungi Elisabeth, dan pangeran Ludwig semakin sayang padanya.
Namun rajutan cinta yang telah mereka bangun tidak bertahan lama karena Ludwig terserang wabah pes dalam perjalanan ke medan perang di Tanah Suci. Dia meninggalkan Ellisabeth dan ketiga anak mereka. Ketika mendengar kabar kematian suaminya, Elisabeth mengatakan, “Ia sudah mati. Sepertinya untukku seluruh dunia mati hari ini”. Setelah kematian suaminya, Elisabeth menjadi seorang biarawati serta mengabdikan diri pada pelayanan pada kaum miskin.
Dari riwayat singkat St. Elisabeth, saya, yang juga diberi nama Elisabeth, bangga memiliki santa pelindung yang sangat hebat dan luar biasa, yang lebih memilih untuk hidup sederhana untuk sampai pada kekudusan. Dari teladan itu, saya belajar untuk menjadi pribadi yang setia dan rendah hati. Saya bukan anak dari seorang raja, tetapi saya adalah calon mempelai dari Raja Surgawi, yang ialah Yesus Kristus. Bukan kekayaan yang menguduskan tetapi persembahan hidup. Inilah harta yang saya punya sebagai jalan menuju kekudusan untuk sampai pada kehidupan abadi di Surga.
Veronica Elisabeth Mbere, Novis Suster Misionaris Claris