Saya tidak tahu persis berapa jumlah orang kudus baik pria maupun wanita dari kalangan biarawan atau biarawati. Namun rasanya lebih banyak daripada kaum awam, kecuali kalau kita menghitung korban perang atau korban penindasan dari pihak yang berkuasa yang biasanya dibunuh secara masal.

Pertanyaan saya sederhana; mengapa lebih banyak dari kalangan biarawan atau biarawati? Apakah karena mereka berkaul?

Jika karena kaul kemiskinan yang mereka ikrarkan, bukankah lebih banyak kaum awam yang hidupnya sederhana bahkan cenderung miskin dan kelaparan?

Kalau karena kaul kemurnian yang diikrarkan, bukankah harusnya anak-anak dan remaja juga ada yang lebih murni dari mereka?

Kalau karena kaul ketaatan yang mereka ikrarkan, bukankah para hamba, pembantu rumah tangga, pegawai rendah lebih layak karena mereka sangat taat dan tunduk pada perintah raja atau majikan atau atasan mereka?

Kalau kekudusan itu dilihat dari hidup doa, bagaimana dengan umat awam yang rela bangun tengah malam untuk berdoa? Jika karena hidup doa, kekudusan hanya akan menjadi milik mereka yang hidup di dalam biara kontemplatif.

Sekali lagi, saya tidak tahu persis alasannya. Tetapi menurut saya, hidup bersama dalam kasih persaudaraanlah yang membuat orang menjadi kudus/suci meski tanpa gelar santo/santa.

Beata Maria Ines menulis: “Jika hidup persaudaraanmu dalam komunitas penuh cinta kasih, pengampunan dan kekeluargaan, kamu telah menciptakan atau menghadirkan ruang tamu surga bagi sesama”. Doa adalah hubunganmu dengan Tuhan, kaul adalah janjimu terhadap diri sendiri, tetapi hidup bersama adalah janjimu terhadap Tuhan dan hubunganmu dengan sesama sekaligus pengendalianmu terhadap diri sendiri.

Kalau hidup bersama dalam komunitasmu penuh cinta kasih dan persaudaraan, maka di situlah kamu telah menciptakan waktu doamu yang berkualitas dan menjalin relasimu yang baik dengan sesama. Jadi, menurut saya: hidup bersama yang penuh cinta kasih, persaudaraan, kekeluargaan dan pengampunanlah yang menjadi alasan/jalan orang mencapai kekudusan yang sebenarnya.

Tuhan, jadikanlah kami pilar-pilar komunitas yang menciptakan kasih, persaudaraan dan pengampunan satu sama lain, agar terciptalah hidup bersama yang berkenan di hadapan-Mu, dan semua orang mengalami kehadiran-Mu dalam komunitas kami.

Sr. Marselina Siu, M.C.

Tambahkan Komentar Anda