Merefleksikan tentang jiwa seorang misionaris memang bukan merupakan sesuatu yang asing bagi kami. Kami adalah misionaris-misionaris yang dipanggil secara khusus oleh Tuhan melalui rahmat panggilan istimewa menjadi seorang Misionaris Claris, yang terus dalam perjuangan untuk memiliki sikap batin dan jiwa misioner, memiliki hati yang luas menjangkau seluruh dunia untuk mewartakan kabar sukacita kepada semua orang.
“Menjadi misionaris tidak berati hanya kalau pergi ke negara-negara yang belum mengenal Kristus, melainkan kita menjadi misionaris dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sederhana dengan cinta yang besar”, demikianlah nasihat Beata Maria Ines, ibu pendiri kongregasi ini. Kerinduan hati seorang misionaris menjadikan hatinya berkobar-kobar, panasnya menyebabkan dia merasa dahaga akan jiwa-jiwa seperti yang telah dihidupi oleh Beata Maria Ines.
Siapkah kita menjadi seorang misionaris seperti yang dirindukan oleh Beata Maria Ines? Mampukah kita menghidupi semangat misioner dalam tugas perutusan di mana pun kita berada saat ini? Dalam situasi apa pun kita saat ini? Mari kita bertanya pada hati kita masing-masing; sejauh mana saya hidup sebagai seorang misionaris?
Hari ini, ketika aku berjalan di taman, pandanganku tertuju pada rerumputan yang tumbuh dengan subur, tampak padat, rapi dan terlihat sangat indah. Di tengah rerumputan itu ada bunga kecil yang indah berwarna putih, putiknya tertata rapi dan dihiasi percikan embun pagi. Sangat indah. Kuamati dengan saksama. Akar dari tanaman bunga ini tumbuh berimpitan di antara rerumputan. “Meski demikian, bunga tetap memberikan keindahannya pada dunia”, aku bergumam dalam hati. Tak jauh dari tempat ini, kulihat tanaman jenis yang sama. Akarnya tertambat pada celah batu. Dalam pemikiran manusiawi, rasanya mustahil dia akan hidup apalagi sampai menghasilkan bunga. Inilah pikiran manusia tapi tidak demikian dengan pikiran Allah.
Kedua pemandangan ini memberikan inspirasi sederhana tentang kekuatan dan ketahanan yang harus dimiliki seorang misionaris. Pertama, seorang misionaris harus yakin dan percaya bahwa Allah mengasihi kita tanpa syarat, bahka Dia melepaskan Putra-Nya yang tunggal untuk menebus dosa dunia. Kedua, menjadi misionaris adalah anugerah istimewa dari Allah bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Artinya, tidak semua orang dipilih tetapi kita ada dalam pilihan-Nya. Ketiga, seorang misionaris harus memiliki semangat yang menghidupkan sehingga dimana pun berada, dia mampu bertahan hidup dan bukan menjadi pribadi yang layu sebelum berkembang. Keempat, seorang misionaris harus kreatif dalam berbagai keadaan dan tempat karena kehadiran seorang misionaris mampu memberikan harapan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Kelima, seorang misionaris harus terus memberikan keindahan, sukacita di manapun dia berada. Marilah kita bangga menjadi seorang misionaris yang memiliki kemampuan untuk menghidupi rahmat panggilan dalam kehidupan sehari-hari
Sr. Petronela, M.C.