Tugas misi ini adalah tugas semua orang kristen. Seperti yang dikatakan oleh Paus Paulus VI, “Kami ingin menekankan sekali lagi bahwa tugas mewartakan Injil kepada semua orang merupakan perutusan dasariah Gereja. Misi dalam kenyataannya adalah karunia dan panggilan Gereja, identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk misi…” (Evangelii Nuntiandi, 14).
Jiwa misioner berkembang dan bertumbuh setelah menusia mengalami perjumpaan dengan Allah, mengalami kebaikan dan kasih Allah. Dari situ jiwa, tidak dapat tidak, ingin agar orang lain juga merasakan kasih Allah. Dia berusaha dengan berbagai cara menampakkan kasih Allah agar orang lain pun mengalami kasih-Nya; seperti pesan Minggu Misi tahun ini: “Hati berkobar-kobar, kaki bergegas mewartakan Injil”.
Kisah pertobatan Santo Paulus tentu sudah tidak asing lagi bagi kita; bagaimana dia berbalik 180o setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus di jalan menuju Damsyik. Paulus, dari seorang pengejar pengikut Kristus menjadi seorang pembela Kristus yang setia dan bahkan menjadi misionaris hingga rela mati demi Kristus.
Teladan lain dalam abad ini adalah, Beata Maria Ines. Hatinya terbakar akan kasih Allah dan dia bersedia pergi mewartakan belas kasih Tuhan ke seluruh dunia agar semua orang mengenal dan mencintai Yesus. Jiwa misioner Beata Maria Ines merangkul semua orang di semua benua, dan bersama Bunda Maria, dia tidak kenal lelah menanam kasih Allah dalam diri setiap orang. Dia rindu membawa nama Tuhan ke segala ujung bumi dan, bersama dengan Tuhan, gambar manis Santa Perawan Maria Guadalupe. ”Semoga semua orang bertobat, ya Tuhan, dan semoga semua orang mencintai-Mu; tetapi segera! ( Hati Misionaris Claris sebagai Kecapi),
Ladang misi terbentang luas di hadapan kita. Kita tidak bisa menutup mata. Dunia saat ini sedang terluka; terjadi perang, ketidakadilan, perpecahan dalam keluarga, orang mengalami kesepian di tengah hiruk-pikuknya zaman modern, juga kemiskinan dalam arti luas. Mereka membutuhkan kasih, kabar baik tetang perdamaian, tentang penerimaan dan pengertian, kasih yang tulus. Kita bisa menjadi misionaris, pembawa kabar sukacita kepada orang-orang di sekitar kita, mulai dari mereka yang hidup sehari-hari bersama kita. Kita bisa menyapa tetangga dengan satu salam dan senyum sehinga mereka merasa diperhatikan dan di-‘orang’-kan, mengunjungi yang sakit, membawa harapan kepada yang putus asa. Bahkan jika kita dalam keadaan sakit, lansia dan secara fisik tidak memungkinkan pergi ke tempat lain, kita masih tetap bisa bermisi. Hati kita dapat bermisi ke seluruh dunia, menembus batas ruang dan waktu. Kita persembahkan rasa sakit dan kelemahan kita untuk para misionaris yang bekerja secara langsung, untuk perdamaian dunia, untuk korban perang, untuk pengungsi, serta segala kebutuhan dunia demi terciptanya kedamaian. Bila kita mempunyai intensi yang tulus untuk Misi, Tuhan akan menerima persembahan ini. Kita mohon Roh Kudus agar menjaga jangan sampai kobaran semangat misi padam untuk melaksanakan amanat suci dari Yesus. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15).
Bunda Maria, Bunda Evangelisasi, sertailah kami dalam setiap misi.
Sr. Andrea Venty, M.C.