“Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Luk. 9:58)

Kutipan Injil di atas menantang kita sebagai pengikut Yesus. Yesus tidak menjanjikan kenikmatan dan kenyamanan dalam mengikuti Dia. Dia menantang kita supaya kita berani melepaskan segala sesuatu yang menjadi penghalang dalam mengikuti Dia, dalam mewartakan Injil-Nya. Liang dan sarang dalam arti suatu tempat yang nyaman dan aman untuk beristirahat. Pada siang hari, serigala dan burung berkelana mencari makanan dan menikmati alam, pada malam hari mereka beristirahat, tapi Yesus tidak punya tempat yang pasti untuk beristirahat. Kita tahu dalam Injil juga dikatakan bahwa Yesus tidak ada waktu untuk beristirahat. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat (Mrk. 6:31). Apakah dengan itu kita mundur dan tidak jadi mengikuti Dia?

Ketidaknyamanan disini bisa diartikan dengan kemiskinan roh,  menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, percaya selalu akan Kasih Tuhan. Berani melepaskan segala kelekatan hati yang menyebabkan kita jauh dari Tuhan. Kelekatan itu bisa berupa kelekatan pada barang, orang, kesenangan pribadi, dll.

Mengikuti Yesus tidak selalu enak dan menyenangkan seperti yang kita pikirkan. Ada saat-saat kita mengalami rintangan, kegagalan, serta kesusahan. Namun dengan segala peristiwa itu akan membentuk kita menjadi seorang dengan jiwa misioner yang tangguh dan kuat, tidak mudah menyerah, justru disitu jiwa misioner sebagai pengkut Yesus diuji dan orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (Mat. 24:13).

St. Fransiskus dari Asisi, terkenal kesuciannya berkat kemiskinannya dalam roh. Dari St. Fransiskus kita belajar bahwa hanya satu yang perlu, yaitu memiliki Tuhan. Bergantung sepenuhnya pada kemurahan Tuhan. Tidak jauh dari St. Fransiskus ada Beata Maria Ines, yang telah melaksanakan dengan setia dan semangat kepahlawanan kemiskinan roh, bukan hanya dalam hal materi saja. Kedua orang suci ini  melepaskan segala kenikmatan duniawi untuk mengikuti Tuhan. Memang tidak mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Kita mohon bantuan St. Fransiskus Asisi dan Beata Maria Ines supaya bisa mencontoh teladannya, bertumbuh dalam kemiskinan dan kepercayaan pada Tuhan. Melepaskan segala sesuatu yang bisa disebut sebagi milik untuk mendapatkan kerahiman serta kemurahan Tuhan. Ini bukan berarti kita tidak boleh kaya. Kita boleh kaya, boleh memiliki harta, tapi hati tidak melekat padanya. Dengan kemiskinan hati dan roh, kita menjadi pengikut Yesus yang lebih bebas.

 

Kemiskinan injili hanya menghasilkan buah yang matang dengan CINTA TUHAN YANG EKSKLUSIF, ketika jiwa dapat berkata: “Deus meus et omnia”: ”Allah adalah segala-galanya bagiku” (Beata Maria Ines, CC. Februari 1971).

 

“Berbahagialah orang yang miskin  di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat. 5:3)

 

Sr. Andrea Venty, M.C.

Tambahkan Komentar Anda