Negara Korea Selatan adalah sebuah ngara kecil yang berada di Benua Asia. Meskipun berada di benua yang sama dengan negara Indonesia jika ditelusuri dengan seksama baik budaya, iklim maupun sejarah kehidupan beragama masyarakat di Korea Selatan terdapat banyak perbedaan dengan Indonesia. Jika berbicara tentang kehidupan beragama katolik di Korea Selatan kita pasti langsung teringat dengan 103 orang martir Korea, salah satu yang kita kenal yaitu St. Andreas Kim Taegon dan Paulus Chong Hasang. Namun apakah Anda sekalian tahu selain 103 martir yang kita kenal  ternyata masih banyak  umat beriman Korea Selatan lainnya yang juga menjadi mártir karena membela iman mereka? Hal ini bisa diketahui dari banyaknya tempat-tempat ziarah para mártir yang bisa kita kunjungi ketika berada di Korea Selatan diantaranya Galmemot, Hwangsebawi, Patisongji, dll.

Salah satu yang menjadi penyebab dari banyaknya martir di Korea Selatan adalah karena pada masa lampau Korea Selatan masih berupa kerajaan dan memiliki kasta-kasta yang membedakan antara keturunan raja, bangsawan maupun rakyat jelata. Ini bisa dilihat dari cara berpakaian seseorang.

Saat misionaris dari Perancis datang ke Korea Selatan membawa ajaran Katolik, para misionaris menyampaikan bahwa semua orang memiliki derajat yang sama. Hal ini mendapat tentangan keras dari pihak Kerajaan. Akibatnya banyak terjadi penganiayaan terhadap umat beriman Katolik (tanpa pandang bulu baik kepada anak-anak, orang dewasa pria maupun wanita) yang ada di Korea Selatan. Bahkan banyak dari mereka yang meninggal tanpa memiliki nama demi membela iman mereka. Hal unik lainya ialah awal berkembangnya agama Katolik di Korea Selatan disebabkan oleh Lee Seung Hun yang sengaja pergi ke Cina untuk belajar tentang agama Katolik kemudian kembali ke negaranya dan mulai menyebarkan agama Katolik diantara orang-orang yang ia kenal.

Sedangkan St. Andreas Kim Taegon merupakan imam pertama dari Korea yang ditahbiskan dalam Gereja Katolik Roma, dan Paulus Chong Hasang merupakan orang awam yang menjadi martir karena membantu para misionaris asing untuk berkarya di antara umat katolik saat itu. Paulus Chong Hasang juga sebenarnya ingin menjadi imam namun tertangkap sebelum ditahbiskan. Selain itu, kedua orangtua dan adik perempuan dari Paulus Chong Hasan juga menjadi martir karena membela iman mereka.

Pada awalnya saya merasa penasaran dengan keteguhan iman dari para martir; maka setelah membaca sejarah para martir di Korea Selatan saya menemukan jawabannya yaitu karena mereka sangat mencintai Tuhan Allah dan percaya bahwa setelah penganiayaan yang mereka alami, mereka akan hidup bahagia bersama Allah di surga. Rasa cinta dan iman mereka yang besar kepada Tuhan tersimpan dalam tulisan-tulisan yang mereka tinggalkan, di antaranya sebagai berikut:

“Saya akan selalu dan selama-lamanya berharap kepada Tuhan dan saya akan selalu percaya kepadaNya karena saya telah menyerahkan diriku sepenuhnya ke dalam tangan-Nya untuk bekerja demi kemuliaan-Nya” (Romo Che Yang Ob)

Selain itu ada juga petikan percakapan sesaat sebelum Paulus Chong Hasang meninggal:

Dalam persidangan, hakim membaca surat Paulus dan berkata, “Anda benar tentang apa yang Anda tulis. Namun Kaisar tetap melarang agama ini. Sekarang, Anda bertugas untuk membubarkannya.” Tanpa ragu Paulus pun menjawab, “Sudah kukatakan bahwa aku adalah orang Katolik, dan akan tetap demikian sampai kematian menjemputku.”

“Saya harap Anda tidak berkecil hati dan Anda akan mencapai cinta yang besar dan melayani Tuhan dengan segenap hati Anda, dan setelah kematian Anda akan bertemu Tuhan dan menikmati hidup Anda selamanya” (St. Andras Kim Taegon).

Pada saat saya akan berangkat untuk bermisi di Korea Selatan Madre Martha mengatakan penggalan dari Injil Yoh. 12:24: ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”. Hal ini pulalah yang saya lihat untuk kehidupan umat katolik di Korea saat ini. Saya pun menyadari jika saya tidak mengosongkan diri dan membiarkan Tuhan berkarya dalam diri saya, maka seperti biji yang tidak mati maka tidak akan dapat menghasilkan buah yang banyak.

Demikianlah sharing singkat yang dapat saya bagikan tentang sisi lain Korea; mengenal St. Andreas Kim Taegon dan Paulus Chong Hasang serta para martir di Korea Selatan. Apakah Anda tertarik menjadi mártir? Mari bermisi di Korea Selatan.

 

Sr. Christina Indriyani, M.C. (Misionaris di Korea Selatan)

Tambahkan Komentar Anda