“Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah” (Roma 15:7)
Bunda Maria, bantulah kami menerima Allah dan saudara-saudari kami.
Kita memang percaya akan adanya Allah, namun apakah kita sudah yakin telah menerima Allah dengan bersyukur atas apa yang kita miliki, atas kesehatan jiwa raga, atas kemampuan dan kelemahan, atas keberhasilan dan kegagalan yang telah kita alami, dan atas banyak hal lainnya? Dalam doa dan kontemplasi, hanya keberhasilan dan rahmat-rahmat yang menyenangkan yang selalu di syukuri, itu baik. Keluh kesah yang kita utarakan saat kita merasa berat, itu juga baik, karena kita mengeluh kepada Allah. Lantas apakah kita menerima Allah hanya karena mendapat rahmat-Nya yang baik saja?
Belajar menerima Allah adalah memberi cinta yang ada dalam diri kita. Juga sadar bahwa aku dicintai-Nya, aku diterima-Nya, aku adalah makhluk-Nya yang indah, aku ada karena aku adalah buah pikiran-Nya, iya… aku sangatlah sempurna.
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, juga menyadarkan kita untuk menerima satu sama lain, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah” (Roma 15:7). Sadar akan rahmat Allah bahwa kita dikaruniai begitu banyak saudara bukan hanya yang ada di daftar anggota keluarga yang sedarah saja, melainkan saudara yang berasal dari daerah, suku, bahasa, bahkan bangsa yang berbeda, kita disatukan dalam keluarga Gereja Katolik. Di dalam, kita adalah sama. Kita sama-sama baik dan kita sama-sama memiliki kekurangan, tentunya kita bersama-sama untuk saling menyempurnakan.
Yang berharga dalam diri kita adalah cinta. Ketika ingin memberi, kita selalu ingin memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan untuk saudara lain, marilah kita juga belajar untuk memberikan cinta yang ada dalam diri kita. Dengan memberikan cinta, maka kita juga akan belajar mengampuni dan menerima mereka yang mungkin selama ini merasa kurang cocok, dan masih ada ganjalan dalam hidup bersama.
Allah menerima kita meskipun kita berdosa, maka marilah kita juga saling menerima satu sama lain dan berjalan bersama menuju kesempurnaan. Hati yang lembut adalah hati yang mampu mengampuni.
Sr. Veronica Nani Indah, M.C.