BKSN 2023

Ujud Gereja Indonesia untuk Bulan September adalah: Semoga kita rajin membaca dan menggali inspirasi dari Kitab Suci tentang pertobatan, sehingga kita disadarkan, bahwa manusia siapa pun mempunyai hak untuk diampuni, jika mau menyesali kesalahannya, dan mohon pengampunan dari Tuhan yang Maharahim.

Maria Magdalena adalah satu tokoh dalam Kitab Suci yang menyadari akan kedosaannya lalu bertobat. Kita tahu bagaimana kisahnya. Maria Magdalena kedapatan berbuat zinah, lalu orang-orang Farisi dan para ahli Taurat beramai-ramai menghakimi serta menghukumnya.  Pada saat itu tentunya dia merasa sangat malu, merasa tidak berguna dan tidak berharga lagi hidupnya. Dia sudah jatuh.  Orang  Farisi dan ahli Taurat mendesak Yesus untuk mengambil keputusan dalam peristiwa itu. Mereka tentu mengharapkan Yesus menghukum Maria Magdalena. Namun bagaimana sikap Yesus? Dia begitu tenang dan bijaksana berkata, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah dia yang pertama melempar batu kepada perempuan itu” (Yoh 8:7).

Perkataan Yesus itu merupakan ungkapan yang menunjukkan sisi keterbatasan manusia yang cenderung berbuat dosa namun dengan sombong berusaha menutupinya dengan menyalahkan orang lain. Untung mereka sadar akan hal itu sehingga akhirnya tidak ada seorang pun yang melemparinya dengan batu. Satu persatu mereka pergi dengan malu, tinggal Yesus dan Maria Magdalena sendirian.  Kemudian Yesus berkata, “Aku pun tidak menghukum engkau, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang” (Yoh 8:11).

Pada saat itulah terjadi pengampunan dan belaskasih Tuhan terhadap orang berdosa, dan pada saat itu juga terjadi pertobatan dalam diri Maria Magdalena. Bagaimana tidak? Secara hukum manusiawi, dia memang patut di lempari batu karena telah kedapatan berbuat zinah, namun yang terjadi sebaliknya, dia mendapatkan pengampunan dan hidup baru dari Tuhan. Kasih, pengampunan dan ke-marahim-an Tuhan melebihi segalanya.

Penerimaan dan perjumpaan dengan Yesus secara pribadi telah mengubah hidup Maria Magdalena menjadi baru. Itulah pertobatan yang sejati. Berubah dari pola hidup lama yang gelap menjadi hidup baru, hidup dalam terang Kristus. Dalam pertobatan yang sejati diperlukan pengakuan diri bahwa kita manusia lemah dan membutuhkan pengampunan Tuhan, lalu dengan berani mengakui dan menyesali kedosaan dan kesalahan kita (dapat diungkapkan dalam penerimaan Sakramen Tobat).  Tidak lupa kita memohon belaskasih Tuhan supaya Dia mengampuni kita, setelah itu dengan niat yang teguh serta mohon rahmat Tuhan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sudah kita lakukan.

Belas kasih dan kemaharahiman Tuhan terbuka bagi orang berdosa yang bertobat secara sungguh-sungguh. Jangan takut mendekat dan mohon ampun pada Tuhan. Dia dengan setia menunggu anak-anak yang hilang seperti kisah bapa yang baik hati menunggu si bungsu; seperti kisah domba yang hilang, Dia rela meninggalkan sembilan puluh sembilan domba yang lain dan pergi mencari satu domba yang hilang.  Betapa baiknya Dia. Dengarlah Dia berkata, “Aku mengasihimu apa adanya kamu”.

“Tuhan selalu mengampuni: taruh ini di kepala dan hati Anda. Tuhan selalu memaafkan. Kitalah yang bosan meminta maaf. Tapi Dia selalu memaafkan, bahkan hal yang paling buruk sekali pun” (Paus Fransiskus, audiensi umum 19 Januari 2022 di Aula Paulus VI, Vatikan).

Sr. Andrea Venty, M.C.

Tambahkan Komentar Anda