Rekoleksi Orang Muda Katolik Wilayah Santo Yusuf, Wijilan

….kita tidak dapat mengatakan bahwa orang muda hanyalah masa depan Gereja: mereka adalah masa kini, mereka sedang memperkaya kita dengan keterlibatan mereka. Orang muda bukan lagi anak-anak, mereka sedang dalam masa hidup di mana mereka mulai memikul tanggung jawab yang berbeda, dengan berpartisipasi bersama orang dewasa lain dalam pengembangan keluarga, masyarakat dan Gereja.

 (Christus Vivit no.64)

Di beberapa tempat masih terjadi bahwa hingga saat ini orang muda Katolik terkesan “tidur”. Banyak orang tua yang mengeluhkan orang muda sekarang ini tidak mau terlibat dalam Gereja, cenderung menjadi orang-orang egois dan tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Namun apakah memang benar seperti itu? Bisa jadi Orang Muda ini sebenarnya mau terlibat dan berpartisipasi dalam masyarakat dan Gereja namun tidak ada yang mengarahkan dan membimbing sehingga mereka bingung dan akhirnya memilih untuk tenggelam dalam dunia mereka sendiri.

Keprihatinan ini juga yang dirasakan oleh para pendamping Orang Muda Katolik Wilayah St. Yosef, Wijilan, Paroki Nanggulan. Telah beberapa tahun OMK di wilayah ini tidak tampak geliat kegiatan bersama, bahkan hampir jarang orang mudanya berkumpul bersama. Situasi ini membuat pendamping Orang Muda di wilayah ini berpikir bagaimana caranya mengumpulkan orang-orang muda agar dapat saling mengenal satu sama lain dan akhirnya dapat berjalan bersama, berpartisipasi dalam hidup sebagai masyarakat dan anggota Gereja. Diawali dengan mengumpulkan beberapa orang muda dan membentuk kepengurusan baru, para pendamping bersama Br. Agustinus Darmadi, FIC., yang dulu pernah menjadi koordinator Orang Muda Katolik, berinisiatif untuk mengadakan rekoleksi dengan Tema “Kaum Muda dan Kepemimpinan Kristiani”.

Kegiatan rekoleksi ini dimaksudkan agar orang-orang muda di wilayah St.Yusuf, Wijilan, saling mengenal, menjadi orang Katolik yang setia, mampu menjadi pemimpin (bagi diri sendiri saat ini dan di masa depan), serta semakin mampu mengenali panggilan hidup mereka masing-masing. Kegiatan rekoleksi ini diadakan pada hari Sabtu, 29 Juli – Minggu, 30 Juli 2023 di Wisma Syalom, Bandungan. Dengan didampingi para Bruder FIC dan Sr. Fina, M.C., serta ditemani para pendamping OMK Wilayah, sejumlah 27 orang muda berproses bersama.

Hari pertama diawali dengan ibadat pembuka yang dipimpin oleh Br. Hary, FIC., dan dilanjutkan dengan perkenalan melalui permainan. Kemudian di sesi 1, Br. Hary mengajak peserta untuk mengenali diri sendiri yang diawali dengan pertanyaan tentang cita-cita. Sebagian besar  jawaban dari peserta yang rata-rata SMA dan mahasiswa sampai saat ini masih belum yakin apa cita-cita mereka.  Br. Hary mengajak para peserta untuk menggali lebih dalam apa yang ingin mereka capai. Kemudian untuk mencapai harapan mereka, peserta diajak agar berani terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan baik di masyarakat maupun Gereja. Keterlibatan ini selain untuk mengembangkan pribadi, juga sebagai bentuk kesadaran diri sebagai warga Gereja. Dengan melibatkan diri, orang-orang muda ini diharapkan mampu menjadi pemimpin yang seturut dengan kehendak Allah. Pemimpin Kristiani adalah pemimpin yang mau melayani dan penuh kasih, sebagaimana Tuhan Yesus datang untuk melayani penuh cinta.

Setelah makan malam dilanjutkan sesi 2, masih bersama Br. Hary. Dalam sesi ini peserta diajak untuk melihat bahwa saat ini media sosial begitu menguasai kehidupan banyak orang termasuk orang muda. Sebenarnya media sosial itu tidak buruk, karena dapat menjadi sarana pewartaan kabar sukacita. Br. Hary mengatakan bahwa kita perlu untuk menggunakan media sosial namun jangan sampai media sosial menguasai hidup kita. Beato Carlo Akutis adalah seorang anak muda masa kini yang hidupnya tidak jauh dari media sosial, namun justru dia menjadi orang kudus karena media sosial tersebut. Media sosial dijadikan Beato Carlo Akutis sebagai sarana untuk menyampaikan misteri-misteri Ekaristi. Maka dari itu, tidak perlu menghindari media sosial namun yang perlu menjadi bahan refleksi bagi kita semua adalah apakah media sosial tersebut membawa kita pada kekudusan atau malah menjauhkan kita dari hidup yang lebih baik?

Hari kedua diawali dengan olahraga dan doa pagi. Setelah makan, tim outbond dari Rumah Retret Syalom mengajak pesertauntuk lebih berani mengekspresikan diri sebagai orang muda, berani membuka diri dan bekerjasama dengan orang lain, tidak takut tantangan, dsb.

Sr. Fina, M.C. pada sesi 3 mengajak peserta untuk mengenali panggilan hidup mereka masing-masing. Disampaikan bahwa dalam Gereja Katolik dikenal ada panggilan umum dan panggilan khusus. Masing-masing dari kita dipanggil untuk jalan hidup tertentu, tidak perlu takut dalam menanggapi panggilan Tuhan. Apa pun itu, baik atau tidaknya tergantung dari bagaimana kita menanggapinya, karena panggilan Tuhan membawa kita mencapai kekudusan.  Lebih lanjut Sr. Fina menambahkan; seringkali kita ragu-ragu dalam menanggapi panggilan Tuhan dan seringkali punya banyak pertanyaan dan ketakutan, maka yang perlu dilakukan adalah mohon rahmat setiap hari dan percaya penuh pada kehendak Tuhan.

Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Br. Agus, FIC., yang menyimpulkan perjalanan rekoleksi sejak hari Sabtu hingga hari Minggu ini. Ditegaskan oleh Br. Agus, orang-orang muda perlu mengenal diri sendiri, berani untuk terlibat, berani menjadi pemimpin yang meneladan Yesus sendiri, hingga akhirnya berani memilih dan menentukan panggilan hidupnya sendiri, dan menjalaninya sebagai sarana untuk mencapai kekudusan.

Siapkan diri anda menjadi pribadi yang bersedia menjalankan kehendak Tuhan dengan membiasakan hidup baik dan benar. Rekoleksi ditutup dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh RP. Robertus Bellamirnus, SVD.

Sr. Fina, M.C.

Tambahkan Komentar Anda