Renungan berdasarkan Matius 13:10-17
Antony adalah seorang pemuda Katolik yang bekerja di salah satu perusahaan ternama di Indonesia. Kebetulan, dia tinggal serumah dengan orangtuanya. Jarak dari rumahnya ke gereja kira-kira 1 Km, sedangkan jarak antara rumahnya dengan perusahaan tempatnya bekerja kira-kira 2 Km jauhnya.
Karena kesibukannya, Antony hampir tidak punya waktu untuk berdoa secara pribadi maupun pergi ke gereja. Suatu ketika, Antony ditanya oleh para tetangga dekatnya karena sering kali tidak melihat Antony pergi ke gereja. Alasan yang diutarakan adalah karena sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak mempunyai waktu ke gereja. Alasan kedua, karena capek seharian bekerja, sehingga tidak mau harus berjalan jauh ke gereja.
Kisah di atas menunjukkan, orang yang sia-sia mencari kekayaan yang fana dan menaruh pengharapan padanya, orang yang hanya ingin mengejar kehormatan dan mengandalkan kekuatan sendiri. Orang-orang semacam itulah yang dikecam oleh Yesus.
Sebab itu, Yesus bersabda: “Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menangkap. Sebab, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar tetapi tidak mendengarnya”.
Kutipan ini menerangkan bahwa orang harus mendengarkan Sabda Tuhan dengan rendah hati, sebab Sabda Tuhan tidak boleh dipergunakan untuk kesenangan yang hampa, melainkan harus diperhatikan dengan tenang dan diterima dengan khidmat serta cinta kasih yang besar. Sejak semula, Tuhan telah mengajar para nabi dan hingga saat ini pun, tiada henti-hentinya Tuhan bersabda kepada semua orang, tetapi banyak yang tidak mendengar-Nya dan banyak pula yang mengeraskan hatinya. Kebanyakan orang lebih suka mendengarkan suara dunia daripada mendengarkan sabda Tuhan. Mereka lebih suka mengikuti keinginan hawa nafsunya daripada berbuat yang berkenan pada Tuhan. Padahal, dunia hanya menjanjikan barang-barang yang bersifat sementara dan tidak ada harganya.
Tuhan berjanji akan memberikan apa yang paling berharga dan kekal, namun hati orang tetap membeku. Untuk mendapatkan upah sedikit saja, orang tidak segan berjalan jauh, namun untuk hidup kekal, kebanyakan orang tidak bersedia berjalan meski hanya setapak saja. Keuntungan sedikit saja dikejar-kejar, bahkan tidak ragu untuk bertengkar demi sekeping mata uang. Untuk suatu benda yang akan musnah dan suatu janji yang tidak ada artinya, orang tidak segan-segan membanting tulang siang malam. Sungguh memalukan!
Untuk harta yang tetap dan tidak berubah, untuk pahala yang tidak ternilai, untuk kehormatan yang paling tinggi, dan untuk kebahagiaan yang tiada akhirnya, orang malahan sangat segan meneteskan keringat sedikit saja. Mengapa demikian? Karena mereka hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Orang-orang yang demikian bergembira dalam hal-hal yang hampa.
Sedangkan bagi semua pengikut Kristus, hendaknya selalu hidup dalam kebenaran, kerendahan hati dan kesederhanaan. Selalu mengandalkan Tuhan, dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri.
Bagaimana hidup kita selama ini?
Apakah yang harus kita cari di dunia ini?
Apakah kita juga berlaku seperti orang-orang yang tidak percaya akan Tuhan?
Apakah kita masih mau hidup dalam kesenangan daging yang hanya bersifat sementara?
Getrudis Triance Riti (Novis Suster MC)