Pesta Demokrasi bagi Bangsa Indonesia sudah di ambang pintu. Tahun 2024 adalah saatnya kita semua menggunakan hak kita sebagai warga negara untuk memilih pemimpin baru bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kita sebagai warga Gereja tentunya juga punya kewajiban untuk berpartisipasi dalam mensukseskan Pemilu yang akan datang. Kita wajib membantu umat yang belum tahu, agar mereka juga mengerti tentang Politik sehingga mereka dapat berperan aktif di dalamnya dan dapat menjadi terang dan garam di tengah dunia.
Untuk itu, pada hari Sabtu, 10 Juni 2023, Pusat Studi Teologi Centrum Ivan Merz Keuskupan Surabaya mengadakan Kuliah Umum dengan tema GEREJA BERPOLITIK (Sudut Pandang Ajaran Gereja dan Nilai-Nilai Pancasila) dengan narasumber :
– RP. Prof. Dr. FX. Eko Armada Riyanto, CM. (Guru Besar STFT Malang)
– RD. Dr. Benny Susetiyo (Staff Khusus Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila)
– Bpk. Yunarto Wijaya, S.IP., M.M. (Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia)
yang dimoderatori oleh Bpk. Untara Simon, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Filsafat UKWMS).
Kegiatan ini diadakan di Auditorium UKWMS Ruang Widya Manggala Lt. 2, Jl. Kalisari Selatan No. 1 – Pakuwon City, Surabaya.
Acara ini dihadiri juga oleh para romo, suster, mahasiswa, kelompok kategorial dan beberapa tamu undangan dari penganut kepercayaan lain.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan, Indonesia Raya, dilanjutkan dengan doa pembukaan dan sambutan.
Pembicara pertama adalah Bpk. Yunarto Wijaya, S.IP., M.M. (Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia). Beliau menunjukkan beberapa slide hasil survei tentang kepuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintah, yang tampak naik turun sesuai dengan gejolak yang terjadi saat ini, termasuk gejolak karena peristiwa sepak bola U20 beberapa saat yang lalu. Gejolak politik terjadi karena Pesta Demokrasi sudah semakin mendekat.
Dalam ulasannya, beliau juga mengatakan bahwa hendaknya kita cerdas dalam menentukan pilihan. Memang tidak ada yang sempurna, tapi hendaknya memilih orang yang bersih serta memiliki rekam jejak baik, tidak mengatasnamakan SARA dan yang menghormati HAM. Dengan menggunakan hak pilih secara tepat, kita bisa mencegah yang buruk berkuasa.
Sementara itu Rm. Armada menjelaskan bahwa sudah sejak jaman perjuangan dulu, umat Katolik ikut berperan aktif dalam tatanan politik di Indonesia seperti Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J., dan Drs. Franciscus Xaverius Seda yang lebih dikenal dengan nama Frans Seda. Mereka telah berjasa dalam keberlangsungan Bangsa Indonesia dengan membela kaum minoritas yang tertindas.
Rm. Benny mengatakan, kita harus menjadi orang Katolik yang cerdas, tidak terbawa isu-isu yang muncul. Biasanya menjelang tahun politik, muncul isu-isu tentang SARA dan agama yang kerap kali menyebabkan terjadinya perpecahan antar warga. Isu perbedaan itu membuat rakyat seolah-olah terbagi dalam kelompok-kelompok, dimana semua itu tidak sesuai dengan dasar negara kita yang adalah Pancasila.
Pada akhir sesi, perwakilan dari PGI mengutip kalimat dari Kitab Suci Yak. 2:17, “Demikian juga halnya dengan iman. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”. Untuk itu sebagai orang beriman kita wajib menunjukkan iman dengan berani berbuat sesuatu demi kebaikan hidup bersama.
Jangan takut berpolitik. Berpolitik tidak berarti harus masuk dalam sebuah partai; berpolitik bisa dilakukan dengan berani membela kebenaran, membela kaum minoritas dan bekerja untuk kesejahteraan umum; mendagingkan iman dalam hidup bermasyarakat.
Tanggapan lain dari salah seorang peserta adalah untuk terjun dalam dunia politik orang harus siap untuk di kritik, karena belum tentu semua orang sependapat dengan dia, siap melawan arus serta siap untuk mengambil segala resiko yang terjadi. Menyucikan dunia dengan berani terlibat dalam politik, menjadi berkat bagi sesama.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat. 5:16)
Sr. Andrea Venty, M.C.