Tema kali ini yang begitu indah, namun tidak mudah untuk dipraktekkan, tetapi begitu mendalam untuk dihayati dan dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jika melihat dari Gal 5:22-23, buah – buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

Sebenarnya, semua buah itu kita rasakan dalam keseharian hidup, bahkan memampukan kita untuk selalu bertindak dan melakukan keutamaan-keutamaan kristiani dengan baik. Sebagi contoh misalnya kasih itu sabar, tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Tidak pemarah serta tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, dia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, selalu sabar menanggung sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.

Dan memang benar, dalam tindakan kasih itu ada sukacita karena ada dorongan dari Roh Kudus, tetapi juga butuh suatu penyangkalan diri dan pengurbanan serta kepercayaan kepada Tuhan.  Karena itu dalam praktek keseharian, buah-buah Roh sebenarnya sudah kita alami hanya saja besar kecilnya atau banyak sedikitnya itu tergantung dari hubungan pribadi dan kehalusan kehadiran Roh Kudus dalam hati kita masing-masing. Pengalaman mengatakan bahwa kehalusan gerakan Roh Kudus dalam tingkah laku kita setiap saat, akan menghasilkan buah-buah Roh Kudus dalam tindakan melakukan keutamaan-keutamaan kristiani.

Beata Maria Ines, dalam surat kepada pembimbing rohaninya tertanggal 8 Februari 1950, menulis: “Dia tahu bahwa kepercayaan kepada Tuhan tidak didasarkan pada kekuatannya sendiri, tetapi pada kasih karunia Tuhan, dan untuk alasan ini, dia juga terus-menerus berkata: «Hati Kudus Yesus, aku percaya padamu». Maka,  seperti yang dia sendiri katakan, dia masuk ke lambung Hati Yesus, untuk dapat  mempercayakan diri dengan gembira, melalui luka-lukanya“.

Dengan demikian pengalaman akan buah-buah Roh dalam kehidupan kita tidak bisa terlepas dari kepercayaan dan penyerahan diri secara total  kepada Roh Kudus.

Sr. Anastasia Haryani, M.C.

Tambahkan Komentar Anda