I. Pengantar

Marilah sekarang kita berbicara tentang evangelisasi atau mewartakan injil. Pernahkan anda melakukan evangelisasi? Seringkah anda lakukan? Apa yang anda rasakan? Maukah anda melakukannya? Takutkah anda melakukannya? Bingungkah? Apakah pernah merasa tidak tahu harus mulai dari mana? Apakah anda merasa tidak tahu cara dan apa yang harus dikatakan?

Saya rasa setiap orang punya pengalamannya tersendiri baik yang manis maupun yang pahit mengenai evangelisasi. Banyak juga yang tidak tahu caranya bahkan tidak pernah melakukannya. Padahal sebagai pengikut Kristus, setiap pengikut Kristus mempunyai tugas mewartakan Injil.

II. Arti Evangelisasi

Setiap orang Kristen mempunyai tugas untuk mewartakan Injil atau evangelisasi. Apakah arti evangelisasi? Menurut Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi, evangelisasi berarti membawa kabar baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil, mengubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru. Evangelisasi dapat diartikan sebagai pewartaan Kristus yang disampaikan melalui kesaksian hidup dan kata-kata. Tujuan utama dari pewartaan ini adalah pertobatan. Bahasa lainnya adalah membawa jiwa-jiwa kepada Kristus melalui pertobatan sehingga mencapai Kerajaan Allah.

III. Mengenal St. Markus

St. Markus adalah seorang pengarang Injil. Dia hidup pada abad pertama. Dia bernama Yohanes yang disebut juga Markus. St. Markus adalah murid dan sahabat dekat St. Petrus, dimana dia ikut dalam pelayanan bersama St. Petrus sehingga dapat mendengar langsung dari pengajaran dan kesaksiannya. St. Markus bekerja sebagai penerjemah bagi St. Petrus. Injil St. Markus berasal dari pengajaran St. Petrus dan dari saksi-saksi pertama tentang hidup Yesus. St. Markus adalah juga teman seperjalanan dan sepelayanan St. Paulus dan Barnabas. Saat itu St. Markus bekerja sebagai pembantu dalam pelayanan St. Paulus dan Barnabas. St. Markus pada akhirnya pergi ke Aleksandria, Mesir dan mendirikan Gereja di sana. St. Markus menjadi uskup pertama di Aleksandria. Di sana pula, St. Markus wafat sebagai martir.

Catatan penting yang bisa diambil dan disimpulkan dari kehidupan St. Markus setelah kita mengenalnya:

  1. St. Markus tidak serta merta dapat melakukan evangelisasi atau pewartaan Injil, jika dia sebelumnya tidak mengenal Kristus dan ajaran-Nya. St. Markus menjadi murid dari para rasul yaitu dari St. Petrus dan St. Paulus. St. Markus hidup berdampingan dengan para rasul, mengenal para rasul secara langsung, meneladani hidup dari para rasul, mendengar cerita-cerita dan sumber-sumber tentang hidup Yesus dari saksi-saksi pertama yang hidup secara langsung dengan Yesus. St. Markus harus menjadi murid dahulu dan belajar sebelum dia bisa menjadikan orang lain sebagai murid dan mengajari atau mewartakan Kristus. St. Markus harus memperkaya diri sendiri terlebih dahulu sebelum dia dapat memperkaya orang lain. St. Markus harus bertobat dahulu sebelum dia bisa menjadi alat Allah untuk mempertobatkan orang lain. Hal inilah yang harus juga kita lakukan untuk dapat mewartakan Injil. Menjadi murid Kristus yang sejati terdahulu sebelum dapat menjadikan orang lain murid Kristus. Mengenal, meneladani dan mengetahui ajaran iman terlebih dahulu sebelum bisa mewartakannya pada orang lain.
  2. St. Markus mewartakan Injil melalui tulisan dan kata-kata. St. Markus menulis dan dia juga pergi ke kota-kota dan desa-desa untuk mewartakan Injil.

Sekarang setelah kita mengenal St. Markus sebagai seorang pewarta Injil. Marilah kita meneladani St. Markus menjadi pewarta Injil juga dengan membawa banyak jiwa kepada Kristus melalui evangelisasi.

IV. Mengandalkan Allah

Hal pertama yang harus kita ingat adalah bahwa karya keselamatan Allah, melalui karya pewartaan Injil adalah karya Kerajaan Allah, dan adalah milik Allah sendiri; sehingga setiap pewarta Injil harus selalu mengandalkan Allah, percaya, dan ingat dengan penuh keyakinan bahwa penggerak utama adalah Allah sendiri. Allah adalah Aktor utama dalam evangelisasi, kita semua adalah alat. Sehingga segala buah keberhasilan adalah karya Allah sendiri. Jangan pernah kita mengandalkan kekuatan sendiri atau menjadi bangga, puas, atau sombong karena keberhasilan karya kita; ataupun menjadi frustasi karena kegagalan, atau patah semangat karena tidak melihat buahnya sama sekali selama di dunia ini. Kita ini hanya menaburkan benih-benih, biarlah Allah yang menumbuhkan dan membuatnya berbuah. Kita ini hanyalah keledai yang ditunggangi Yesus ketika memasuki Yerusalem. Kita harus tahu siapa diri kita di hadapan Allah.

V. Cara Evangelisasi

Ada banyak cara untuk mewartakan Injil dan membawa jiwa-jiwa ke surga melalui pertobatan. Saya menawarkan semua cara yang bisa kita buat dan semua yang kita punya. Intinya, pakailah semua talenta, kemampuan dan kekayaan yang ada pada diri kita dan gunakanlah untuk kemuliaan Allah yang akan membawa jiwa-jiwa pada Allah. Semua itu termasuk talenta manusiawi dan talenta rohani. Semua yang kita punya kita tujukan untuk membawa jiwa-jiwa pada pengenalan akan Kristus yang akhirnya mengarah pada pertobatan. Saya tidak peduli seberapa besar dan kecil talenta kita, tetapi sekecil apa pun itu asal kita mau akan dapat menjadi alat yang luar biasa bagi Allah.

Secara garis besar ada cara yang dapat setiap orang lakukan agar pewartaan Injil menjadi efektif:

  • Doa dan kurban. Berdoa bagi pertobatan jiwa-jiwa di seluruh dunia, terutama mereka yang akan menghadapi ajal, dan para pendosa besar. Doa dapat merangkul seluruh bumi. Doa dapat merangkul jiwa-jiwa bahkan di ujung pelosok sudut dunia dimana tidak seorang pun dapat menjangkaunya. Doa dapat meluluhkan hati seorang pendosa besar yang mengeras. Berdoalah selalu untuk keselamatan jiwa-jiwa melalui doa-doa pendek (“Hati Kudus Yesus, aku percaya padaMu”, “Yesus, Maria, aku mencintai-Mu, selamatkanlah jiwa-jiwa”, “Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah, kasihanilah kami orang berdosa”, dll) atau dengan berdoa Salam Maria penuh dengan khidmat dengan intensi keselamatan jiwa-jiwa.

Ada satu kisah nyata: Seorang pria sedang lari di suatu perumahan. Dia melewati sebuah rumah di mana di depannya terparkir mobil Ambulans, dan ternyata si pemilik rumah, sorang wanita, sedang menghadapi sakrat maut. Pria itu berdoa satu kali Salam Maria, dan wanita itu  dimana ada seorang pria mendoakan 1 Salam Maria bagi seorang wanita yang tidak dikenalnya ketika pria itu sedang berlari di suatu perumahan melewati rumah wanita itu yang saat itu terparkir mobil ambulans dan wanita itu hendak menghadapi sakrat maut. Ketika wanita itu tersadar di Rumah Sakit, dia mendapat penglihatan dimana Yesus datang dan mengatakan bahwa dia akan selamat karena doa seseorang. Wajah pria itu tercetak di telapak tangan Yesus. (Baca kisah lengkapnya: https://www.ncregister.com/features/the-astonishing-power-of-one-hail-mary)

Putriku, aku ingin mengajarimu tentang bagaimana kamu menyelamatkan jiwa-jiwa melalui kurban dan doa. Kamu akan menyelamatkan lebih banyak jiwa melalui doa dan penderitaan daripada seorang misionaris melalui ajaran dan khotbahnya saja” – Yesus kepada St. Faustina, Buku Harian St. Faustina, 1767.

  • Pewartaan melalui kata-kata atau sharing pengalaman iman. Cari dan buatlah peluang untuk mewartakan Yesus, Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya kepada orang-orang dengan kata-kata, seturut situasi dan kondisi yang ada. Jangan takut akan penghakiman orang lain dalam mewartakan Kebenaran. Ada orang lain yang jauh lebih butuh pewartaan daripada kebutuhan psikologis kita untuk tidak dihakimi karena ketidaksempurnaan kita. Mungkin tidak semua bisa menerima pewartaan kita tetapi bisa saja Tuhan sudah menanamkan benih di hati seseorang melalui pewartaan Injil kita. Jangan pikirkan ego diri sendiri, pikirkan menjadi alat Allah demi keselamatan jiwa orang lain.
  • Melalui perbuatan dengan menjadi teladan. Tidak ada manusia yang sempurna, tetapi kita tetap dapat menjadi teladan dengan pertobatan kita secara terus menerus, mengusahakan kesempurnaan diri seperti perintah Yesus, ”Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Matius 5:48).

Lakukanlah ketiga hal ini di setiap kesempatan yang ada agar kita dapat menjadi alat yang efektif bagi Allah. Di mana Allah meminta kita untuk bersaksi lewat cara dan jalan apa pun, lakukanlah, janganlah menolak permintaan Allah walau pun itu tidak nyaman; dan hal ini sering terjadi saat melakukan pewartaan melalui kata-kata, atau bisa juga ketika kita berusaha menjadi teladan tetapi orang lain tidak suka perbuatan baik kita. Tetap lakukanlah, karena pada akhirnya kita akan dihakimi oleh perbuatan cinta kasih kita.

Sr. Ria Mayacita Sugembong, M.C.

Tambahkan Komentar Anda