Masa prapaskah adalah waktu yang tepat untuk pertobatan, masa untuk beralih dari manusia lama menuju manusia baru (metanoia), masa untuk mempersiapkan diri bersama Kristus yang bangkit. Untuk mewujudkannya, tentu perlu adanya usaha-usaha dan latihan diri yang terus-menerus. Namun tak cukup hanya itu saja, justru pertama-tama yang harus dibangun adalah relasi personal dengan Tuhan, semakin mendekatkan diri pada-Nya dan terus mohon rahmat-rahmat yang dibutuhkan.
Prapaskah tahun ini, demi cinta kepada Tuhan, kita berdoa dan berkurban, memohon ampun untuk dosa-dosa diri sendiri dan juga untuk jiwa-jiwa yang membutuhkannya. Dalam komunitas, kami menjalankan aksi pantang dan puasa yang dilaksanakan sesuai dengan hari yang telah ditentukan; misalnya hari Senin pantang cabai, hari Selasa pantang snack, makan malam tanpa lauk, hari Rabu pantang minyak, hari Kamis pergi ke Gereja dengan berjalan kaki, hari Jumat menyantap sup tanpa garam dan hari Sabtu pantang buah. Selain pantang secara jasmani, masa puasa juga kami isi dengan lebih intensif memperhatikan sesama saudari dengan istilah “sahabat dalam salib”. Setiap hari kami mengambil satu nama saudari sekomunitas; berdoa dan berkurban untuknya, menjadi malaikat kecil dalam aktivitas harian tanpa harus diketahui oleh orang lain. Bersemangat dalam menepati acara-acara komunitas, mengembalikan barang pada tempatnya dan selalu menjaga kerapian di tempat tugas. Pendek kata, dalam komunitas berusaha melaksanakan rekonsiliasi dalam melakukan hal-hal yang sederhana dengan semangat cinta yang luar biasa.
Secara pribadi, saya juga memiliki niat-niat pertobatan yang telah dan masih terus saya usahakan pada masa prapaskah ini. Yang pertama yaitu niat untuk tidak membuang-buang waktu, contohnya yaitu sejak pagi bangun tidur, langsung bergegas bangun ketika mendengar bunyi alarm, tidak menambah jam tidur, kemudian setelah doa segera bergegas untuk bersih diri dan persiapan menuju kegiatan selanjutnya. Dalam tugas harian, berusaha melakukannya dengan cepat dan mengurangi ngobrol yang membuat lama pekerjaan. Usaha untuk menerima tugas-tugas yang kurang disenangi, menjalankan tugas tersebut dengan sukacita dan tanpa banyak mengeluh. Kemudian juga berusaha lebih peka lagi dengan keadaan sekitar khususnya dalam tempat tugas, melakukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah/jarang dilakukan, berusaha semakin sabar dalam menjawab maupun menjelaskan sesuatu kepada saudari yang lain, kemudian berusaha untuk semakin rendah hati, mendengarkan dengan sungguh-sungguh, belajar dari saudari yang lain, keluar dari diri sendiri, ego dan kenyamanan pribadi. Saya menyadari, bahwa dalam hidup keseharian tidaklah mudah, banyak tantangan serta godaan yang datang, dan jatuh bangun menjadi dinamika saya dalam masa pertobatan ini.
Segala sesuatu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang diderita Guruku demi aku, kalau begitu, demi cinta kepada-Nya, akan kuterima dengan gembira segala yang datang padaku yang mengandung susah, kesakitan dan bahkan akan ku pergi mencarinya, sama seperti Tuhan kita pergi menghadap Yudas si pengkhianat.
(Beata Maria Ines)
Christiana Adventera (Novis Suster MC)