Hening… menjadi sesuatu yang langka di jaman media sosial seperti sekarang ini. Berita-berita dengan mudah kita terima, sehingga tidak jarang membuat hati ribut dengan segala macam urusan. Ada juga orang yang menganggap keheningan dan kesunyian merupakan hal tidak penting dan tidak dapat menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia. Ada orang takut berhadapan dengan keheningan, karena dalam keheningan orang menjadi dirinya sendiri yang sebenarnya, dia berada bersama Sang Pencipta – sendirian, dan dalam keheningan pula kita bisa melihat segala kekurangan kita yang mungkin belum bisa kita terima sepenuhnya.  Namun ada juga orang yang mengalami kebahagiaan setelah berada dalam keheningan, kebahagiaan yang seringkali tidak dapat diungkapkan lewat kata-kata, namun hati dan jiwanya merasa tenang, damai dan bahagia dalam keheningan. Mereka pergi dari kota ke tempat yang sunyi untuk keluar sejenak dari pekerjaan harian dan dari situ mereka mendapatkan semangat lagi untuk melanjutkan karyanya.

Dunia diciptakan oleh Tuhan dalam keheningan; tanaman bertumbuh, berbunga serta berbuah dalam keheningan. Keselamatan manusia juga terjadi dalam keheningan. Roh Kudus datang kepada Bunda Maria dalam keheningan, Yesus lahir dalam keheningan malam yang sunyi kemudian bertumbuh dan berkembang dalam keheningan, kehidupan tersembunyi di Nazareth selama 30 tahun tanpa ada yang mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan; bahkan Yesus wafat di Salib dalam keheningan. Allah ada dan hadir dalam keheningan. Dari sini kita dapat melihat ada kekuatan besar dalam keheningan.

Demikian juga yang terjadi antara Allah dan manusia. Allah bisa dijumpai dengan mudah dalam keheningan. Keheningan bukan hanya keheningan fisik, tapi keheningan hati. Meskipun kita sendirian, namun bila hati kita ribut dengan kekhawatiran, ribut dengan pekerjaan, ribut dengan segala rencana kita, kita belum berada dalam keheningan. Sebaliknya, meskipun kita berada di tengah orang-orang dan sedang sibuk bekerja, namun hati dan budi tetap terarah pada Tuhan maka pada saat itu kita sudah mulai masuk dalam keheningan. Keheningan batin akan lebih mudah tercipta dengan adanya keheningan fisik. Di mana ada hati yang tenang, di sana ada keheningan.

Salah satu teladan keheningan yang patut kita contoh adalah Santo Yusuf. Dalam Kitab Suci, tidak banyak kata yang terucap oleh Santo Yusuf, yang ada adalah dia melakukan semua yang diperintahkan Allah kepadanya. Santo Yusuf banyak berbicara dalam diam. Keheningan Santo Yusuf adalah cara untuk meresapi Sabda Allah, tempat untuk mengerti kehendak Allah. Ketika Santo Yusuf ditemui malaikat dalam mimpi dan diberitahu kalau Anak yang dikandung Bunda Maria adalah dari Roh Kudus, maka dengan segera dia menerima Bunda Maria dengan segala keadaannya. Santo Yusuf berani meninggalkan pikiran dan keegoannya, meninggalkan keributan hatinya agar dipenuhi oleh Tuhan. Sejak saat itu Santo Yusuf mendampingi Bunda Maria dan Yesus  dalam keheningan Nazareth.

Satu peristiwa lagi yang menunjukkan keheningan iman Santo Yusuf adalah dalam peristiwa Yesus ditemukan dalam Bait Allah. Dalam peristiwa itu pun tidak ada kata yang terucap dari mulutnya. Kita bisa bayangkan bagaimana cemasnya orangtua yang kehilangan anaknya, dicari kesana-kemari tidak diketemukan bahkan sempat hilang dalam beberapa hari; dan setelah ditemukan… jawaban Yesus adalah, ”Mengapa kamu mencari aku?” Bagaimana perasaan Bunda Maria dan Santo Yusuf saat itu? Yusuf hanya “diam”, sebagai seorang ayah, sebagai kepala keluarga dan sebagai penjaga Keluarga Kudus, dia hanya “diam dalam hening”; dan mereka pun tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus. Meski dalam Kitab Suci dikatakan bahwa hanya Bunda Maria yang menyimpan semua itu di dalam hatinya, namun dapat dipastikan Yusuf juga menata hati untuk hening dan berusaha memahami kehendak Tuhan. Iman Yusuf bertumbuh dan berbuah dalam kegelapan keheningan. Santo Yusuf diberi tugas menjaga Yesus dan Maria; suatu tugas yang tidak mudah dan suatu kepercayaan besar dari Tuhan. Jika kita mempercayakan sesuatu yang berharga kepada seseorang, tentunya tidak sembarangan orang yang kita pilih. Kita pasti memilih orang yang bertanggung jawab, setia, taat dan bahkan rela memberikan nyawa demi tugas yang diembannya. Semua sifat itu ada dalam Santo Yusuf yang diserahi tugas untuk menjaga Yesus, menjadi bapa angkat-Nya di dunia, meskipun itu tidak mudah bagi dia seperti terjadi dalam berbagai peristiwa yang telah kita lihat di atas.  Dia adalah teladan agar kita bisa bertumbuh dalam iman serta kepercayaan pada Tuhan melalui keheningan yang aktif melakukan kehendak Allah, meskipun itu terjadi dalam kegelapan.

Bertumbuh dalam iman dan keheningan bersama St. Yusuf

Tidak pernah saya melihat seseorang yang benar-benar berbakti dan menghormatinya dengan penghormatan khusus, yang tidak mengalami kemajuan dalam kebajikan, sebab St. Yusuf sangatlah memperhatikan perkembangan rohani jiwa-jiwa yang memercayakan diri kepadanya.

Santa Teresia dari Avila

Sr. Andrea Venty, M.C.

1 Comment

  • Posted March 10, 2024 8:31 am
    by
    Marisye Six Onety

    saya sangat menyukai nama Klara atau Clara sebab saya dan keluarga menyukai sosok Santa Clara sejak kecil, si cantik Clara kami saling memanggil jika memuji, dan menemukan web ini membuat saya semakin bahagia karena isinya sangat anggun dan cantik juga apik, saya pernah berharap kepada Allah kelak saya memilki suami dan kami diberikan anak perempuan maka saya ingin suami setuju agar diberi nam Clara agar setiap orang yang melihatnya teringat sosok yang baik dan rendah hati bernama Santa Clara dan mengingat Kebaikan Allah Bapa kita. Mohon doakan ya, karena usaia saya sudah 35 tetapi belum juga menikah semoga saya mendapatkan anugrah berumah tangga, perihal diberi anak atau tidak saya tetap siapatas penyelenggaraan Ilahi.

    Damai Kristus

    Marisye six onety ( Icha )

Tambahkan Komentar Anda