Rekoleksi Mitra Kerja Sekolah Santa Clara, Surabaya
Sabtu, 11 Maret 2023, aula Maria Ines sekolah Santa Clara, dipenuhi gelak tawa dari para mitra kerja Sekolah Santa Clara. Suasana penuh sukacita, sangat ramai, karena pembawa acara, Bapak Nelson dan Bu Nastiti yang membawakan acara dengan humor yang membuat suasana jadi gembira ria. Ini adalah pembukaan acara rekoleksi mitra kerja. Acara rekoleksi di dahului dengan Misa bersama, dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Rm. Dwi Djoko. Setelah semua puas tertawa, suasana hening untuk persiapan rekoleksi di mulai.
Tema Rekoleksi kali ini mengikuti tema dari ARDAS keuskupan Surabaya yaitu “Menghidupi Yesus Dalam Keluarga” sebagai tema tahun keluarga untuk tahun 2023. Semua materi yang diberikan sangat membantu para mitra kerja untuk melihat kembali kehidupan di keluarga masing masing, dengan dua tema kecil “Rahmat Sakramen Perkawinan“ dan “Rahmat pengampunan dalam keluarga”. Berikut ini saya membagikan beberapa materi yang diberikan yang menurut saya sangat membantu, karena menjadi inspirasi dalam membangun mosaik indah hidup berkeluarga bagi yang telah saling menerimakan Sakramen Perkawinan, dan bagi yang belum berkeluarga, sebagai persiapan ketika nanti menikah.
Romo memulai pemaparannya dengan materi Panggilan Sakramen Perkawinan. Panggilan ini, merupakan panggilan bagi pria dan wanita supaya dalam hubungan perkawinan (dan kekeluargaan) mereka meneladan kasih Allah yang khas – yaitu kasih yang mutlak, tak pernah terputus, rela berkurban dan memberi hidup. Oleh karena itu, kasih dalam perkawinan haruslah kasih yang diwarnai iman.
Sakramen Perkawianan menjadi tanda hubungan Kristus dengan Gereja. Setiap perkawinan seharusnya menjadi gambaran konkret dari hubungan kasih Kristus dengan Gereja. St. Paulus menyebut Sakramen Perkawinan suatu “rahasia – misteri yang besar” (Ef. 5:32), sebab melambangkan hubungan perkawinan Yesus dengan mempelai-Nya, yaitu Gereja. Oleh karena itu, kasih Kristus bagi Gereja dan kasih Gereja bagi Kristus merupakan contoh bagi pasangan suami-istri. St. Paulus menguraikan spritualitas perkawinan dengan kata-kata ini, “Hai suami, kasihanilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri baginya” (Ef. 5:25).
Berkat Sakramen Perkawianan sangat luar biasa karena, berkat rahmat ini “para suami istri dalam hidup berkeluarga maupun dalam menerima serta mendidik anak saling membantu untuk menjadi suci” (LG 11). Maka masing-masing pasangan suami-istri, idealnya selalu mengatakan, ”aku ada untukmu” dan memberikan keteguhan hati “kamu dapat melakukannya”. Cinta sejati harus mengajak pasangan:
- berkembang; bertumbuh melampaui batas-batas egoisme diri,
- mengatasi apa yang selalu dipandang terlalu sulit,
- memberantas kebiasaan pasangan yang merusak diri sendiri atau pasangan,
- mengatasi rasa takut untuk jujur dan percaya pada pasangan,
- mengungkapkan perasaan yang tertekan pada pasangan,
- menghentikan dendam, memberi maaf dan pengampunan yang menyembuhkan pasangan.
Sangat perlu adanya komitmen dari Pasangan Suami istri untuk selalu berjalan Bersama;
Aku menjadi suamimu, kamu menjadi istriku”
Aku menjadi istrimu, kamu menjadi suamiku”.
Di sana kamu berada, di situ pun aku berada.
DALAM SUKA DUKA – DALAM UNTUNG MALANG
DALAM SEHAT DAN SAKIT
Sesi kedua, romo mengajak peserta untuk merasakan rahmat pengampunan dalam keluarga yang diawali dengan dengan penjelasan tentang Sakramen Tobat (disebut juga pengakuan dosa atau rekonsiliasi), yang adalah perayaan cinta penuh belas kasih Allah, yang memberikan kita pengampunan dosa-dosa melalui Yesus Kristus yang wafat dan bangkit dan melalui pelayanan Gereja, kita didamaikan dengan Allah dan dengan sesama.
Kisah Zakheus diangkat sebagai contoh bagaimana Yesus memandang orang yang mengaku dosa. Tidak ada satu pun yang dikerjakan Allah terjadi secara kebetulan. Seperti inilah kisah Zakheus itu. Segala sesuatu yang terjadi padanya begitu menakjubkan. Seandainya saja, Kristus tidak “tiba-tiba” melihat dia, mungkin ia tetap sebagai penonton saja yang melihat Tuhan berjalan menyusuri jalan-jalan Yerikho. Kita tidak pernah tahu seberapa dalamnya pandangan Kristus menusuk jiwa orang Yerikho ini, tetapi kita tahu bahwa Kristus memandang setiap orang yang mengaku dosa seperti Ia memandang Zakheus. Bagi Zakheus, dia pasti kaget ketika mendengar namanya dipanggil, nama yang sering diucapkan dengan nada penghinaan oleh warga kota itu.
Keluarga sebagai tempat pengampunan. Paus Fransiskus mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna, kita tidak sempurna, kita tidak menikah dgn orang yang sempurna, kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Maka Paus Fransiskus mengingatkan bahwa siapa pun yang tidak memaafkan, tidak memiliki ketenangan jiwa dan persekutuan dengan Allah. Rasa sakit adalah racun yang membunuh. Mempertahankan luka hati adalah tindakan merusak diri sendiri. Itulah sebabnya keluarga harus menjadi tempat kehidupan dan bukan tempat kematian; sebuah tempat penyembuhan bukan tempat penuh dengan penyakit; sebuah panggung pengampunan dan bukan panggung rasa bersalah. Pengampunan membawa sukacita, sedangkan kesedihan membuat hati luka. Pengampunan membawa penyembuhan, sedangkan rasa sakit menyebabkan penyakit.“
Dipenghujung renungan, romo memberikan bahan refelksi sebagai berikut:
- Bagaimana sikap Anda untuk mempertahankan dan meningkatkan relasi kasih dengan suami/isteri, ayah/ibu serta anak-anak atau mengatasi krisis relasi kasih?
- Bagaimana pengalaman Anda tentang memberikan pengampunan?
Sr. Maria Lordes Uran, M.C.