Membaca Injil Lukas 19:1-10 membawa kita pada suatu kisah yang menarik, dan menarik juga untuk direnungkan. Diawali dengan perjalanan Yesus bersama para rasul yang memasuki kota Yerikho. Untuk dapat memahami sungguh kisah yang diceritakan, pertama-tama perlu untuk mencari informasi gambaran tentang wilayah kota Yerikho. Kota ini adalah kota kecil yang dikelilingi dengan tembok, merupakan kota tertua di dunia, terletak di lembah sungai Yordan yang memungkinkan pohon-pohon dapat tumbuh dengan subur, termasuk pohon ara.
Karena Yerikho adalah kota kecil maka kita dapat membayangkan bahwa berita apa pun dapat menyebar dengan cepat, tidak terkecuali berita bahwa ada ‘orang hebat’ yang bernama Yesus sedang lewat di kota itu. Berita ini menarik banyak orang, termasuk seorang pemungut cukai yang bernama Zakeus juga mendengar hal ini. Zakheus, yang belum pernah berjumpa dengan Yesus, penasaran dan sangat ingin bisa melihat Yesus. Menyadari bahwa dia pendek dan kemungkinan besar tidak dapat mencapai keinginannya oleh karena banyak orang, Zakheus memiliki ide yang mungkin tidak kita pikirkan. Meski Zakheus belum pernah melihat Yesus, namun Zakheus memiliki keyakinan bahwa tentunya Yesus akan ke Bait Allah. Maka dengan penuh keyakinan, dia segera mencari jalan alternatif menuju ke Bait Allah, kemudian mencari posisi yang lebih tinggi agar dapat melihat Yesus. Maka naiklah dia ke pohon Ara. Yesus pun akhirnya melihat Zakheus dan bahkan menyapanya.
Dalam kisah Zakheus ini kita dapat menemukan kesamaan jalan pikiran Yesus dengan Zakheus, namun ada perbedaan dalam bersikap;
- Sama-sama ingin tahu
Yesus ingin tahu yang sebenarnya tentang Zakheus maka Ia memanggil Zakheus dan tidak mendengarkan orang banyak. Zakheus ingin tahu lebih dekat tentang Yesus maka dia memanjat pohon dan melepaskan identitasnya sebagai pemungut cukai.
- Sama-sama berani melakukan tindakan yang “out of the box”
Yesus menyapa Zakheus dan menyatakan mau mampir ke rumahnya, seorang pemungut cukai yang dibenci oleh orang banyak. Sedangkan Zakheus, karena begitu bahagianya, dia menerima Yesus dan menjamu-Nya, memberikan semua apa yang dia punya, dan tidak lagi berpikir tentang diri sendiri.
- Rasa ingin tahu Yesus dan Zakheus terjawab
Keingintahuan Yesus terjawab dengan memanggil Zakheus, datang ke rumahnya, tidak peduli omongan orang banyak, tenang dan penuh perhatian mendengarkan Zakheus. Keingintahuan Zakheus terjawab dengan keberaniannya melepas identitas, percaya dan berani berbicara dengan Yesus, terbuka dan menerima Yesus dalam rumahnya.
Dengan merenungkan kisah perjumpaan Zakheus dengan Yesus, semakin jelas bagi kita bahwa pertobatan sejati adalah tentang keterbukaan hati (mau menerima Yesus), kesediaan mendengarkan Yesus (menanggapi undangan Yesus) dan percaya pada-Nya. Tentu saja pertobatan juga disertai dengan keberanian untuk melakukan perubahan, baik sikap maupun tindakan.
Sr. Fina, M.C.