Ketika mendapat berita bahwa saya akan ziarah ke Tanah Suci Yerusalem, perasaan haru dan bahagia serta semua perasaan lain berbaur jadi satu. Yang jelas terbersit dalam hati rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan karena mengijinkan kami untuk berziarah ke tempat-tempat yang pernah dilalui Yesus, mulai dari lahir, mengajar, melakukan mujizat, menderita wafat di salib dan bangkit untuk menebus dosa manusia, dan tempat lainnya yang tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama seperti Gunung Sinai dan lain-lain. Kami mendapatkan pengalaman iman di setiap tempat yang kami kunjungi. Pengalaman iman itu menjadi lengkap karena setiap hari selalu ada Perayaan Ekaristi dengan kotbah yang berkaitan dengan tempat suci di mana misa diadakan dan juga kebersamaan sebagai satu keluarga yang saling melayani dalam kasih persaudaran antar anggota grup dalam ziarah ini. Tentunya semua pengalaman itu sangat bermanfaat bagi hidup rohani kami selanjutnya. Berikut ini  beberapa pengalaman iman yang tentunya tak mudah untuk dilupakan. 

Berada  ditempat para gembala menerima kabar gembira dari dari malaikat, kami membayangkan begitu banyak malaikat yang ada di sekeliling kami sedang menyanyikan lagu Gloria, menyadarkan kami untuk segera pergi menemui Bayi Yesus dalam kandang, dan selanjutnya mewartakan sukacita melalui hidup kami setiap hari. Ketika menjunjungi tempat Yesus dilahirkan dan kami semua menyanyikan lagu Malam Kudus, saya tidak kuasa menahan air mata haru. Saya merasa sedang bernyanyi di depan Bayi Yesus. Rasanya benar-benar sangat berbeda dengan malamnatal-malamnatal sebelumnya, sepertinya Yesus mengingatkan saya untuk menyanyikan Malam Kudus dengan lebih sepenuh hati di masa yang akan datang.

Melewati padang gurun menuju Mesir, hanya terlihat bukit-bukit tandus, sunyi, sepi. Saya membayangkan Keluarga Kudus ketika mengungsi ke Mesir, melewati jalan itu yang sangat jauh dan melelahkan demi keselamatan Yesus. Keluarga kudus mengajarkan kami, begitu banyak hal dalam hidup ini, yang jelas untuk tetap mencintai Yesus butuh pengorbanan, kerja keras, keberanian, bahkan perjuangan yang luar biasa.

Melihat tempat Yesus diinterogasi dan berdoa di dalam sumur tempat Yesus di siksa, memampukan kami untuk melihat kembali betapa besar kasih Yesus kepada manusia yang berdosa dan kadang tidak mampu untuk berterima kasih atas setiap luka yang ada di tubuh Yesus. Kami hanya mampu mengatakan: Yesus ampunilah kami orang yang berdosa ini. Maka dengan sepenuh hati saya menapaki jalan salib, jalan keselamatan bagi manusia yang dilalui Yesus dalam penderitaan yang luar biasa, sampai di bukit Golgota, sebagai silih atas dosa saya dan dosa seluruh umat manusia. Saya terharu hingga menitikkan air mata ketika menyentuh lokasi tempat Yesus dibaringkan, menyentuh batu bukit Golgota dan menyentuh makam Yesus, sekali lagi kami hanya mampu mengatakan: Yesus ampunilah kami orang yang berdosa ini.  

Pengalaman luar biasa lainnya adalah perjalanan menuju Gunung Sinai, melewati padang pasir dan pegunungan batu yang kering, tempat-tempat yang dilalui Musa ketika membawa Bangsa Israel keluar dari Mesir. Sangat berbeda rasanya ketika membaca dari Kitab Suci dengan melihat sendiri secara real. Pantas saja Umat Israel bersungut-sungut, dan selalu protes kepada Musa berkaitan dengan masalah makan dan minum, serta lelah karena perjalanan yang jauh. Kalau saat itu kami berada bersama rombongan itu, mungkin juga saya ikut mengeluh, menyalahkan Musa, sampai titik klimaksnya meragukan keberadaan Tuhan. Namun di sisi lain kami diingatkan bahwa mendapatkan rahmat dari Tuhan dan mengikuti kehendak Tuhan untuk mencapai kesucian dengan tubuh yang rapuh, butuh iman yang total, kerja keras, korban, tidak banyak protes dan bersungut-sungut kepada Tuhan, apa lagi sampai meragukan keberadaan Tuhan dalam hidup. Meskipun empat setengah jam berjalan kaki, dan satu setengah jam naik unta, saya serta beberapa anggota peziarah lainnya tiba di pucak Sinai dengan selamat dan turun dengan selamat pula. Jika bukan karena Tuhan yang memberi kekuatan dan rahmat-rahmat yang kami butuhkan, tidak mungkin kami bisa sampai di puncak dengan melewati bukit batu yang terjal. Sesampainya di puncak Sinai, kami mengagungkan kuasa karya Tuhan yang memberikan 10 Perintah Allah sebagai pedoman hidup manusia. Di puncak itu kami bersyukur dan mohon kepada Tuhan agar membantu kami berjuang untuk mencapai puncak kehidupan yang lebih baik, sebagaimana perjuangan kami mencapai puncak Gunung Sinai.

Bersyukur kepada Tuhan karena ketika para pasutri membaharui janji baptis di Gereja di Kana, dalam hati kami membaharui kaul-kaul kami untuk menjadi mempelai Kristus. Kami mohon agar Tuhan selalu bersama kami dalam menghayati kaul-kaul membiara kami. Syukur kepada Tuhan karena boleh membaharaui janji baptis di Sungai Yordan. Semua ini berkat kemurahan Tuhan semata-mata bagi kami manusia yang lemah ini. Bersyukur mengakui karya agung Tuhan dengan melihat piramid di Mesir sebagai salah satu keajaiban dunia.

Trimakasih Tuhan atas pengalaman iman yang, atas ijin-MU, boleh kami alami bersama dalam ziarah 28 Januari – 7 Februari 2023.

Sr. Maria Lordes Uran, M.C.

Tambahkan Komentar Anda