Pesta Pembaptisan Tuhan, 9 Januari 2023
Hari ini, kita merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Tiga hal yang menjadi bahan refleksi kita berkaitan warta bacaan suci hari ini adalah:
1. Buluh yang patah terkulai tidak akan dipatahkan-Nya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan akan di padamkan;
2. Sesungguhnya Allah tidak membeda-bedakan orang;
3. Terdengarlah suara dari Surga yang mengatakan: “Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nya Aku berkenan.”
Pesta Pembaptisan Tuhan mengingatkan kita pada Janji Baptis kita masing-masing. Walaupun ada yang dibaptis ketika masih bayi atau pada usia dimana kita belum mengerti benar benar apa itu baptis dan semua konsekuensinya, namun kita pasti masih ingat akan pembaharuan janji baptis kita pada Malam Paskah. Memang tidak mudah melaksanakan janji baptis, kita sering jatuh bangun dalam menjalankannya. Kita berjanji untuk menolak godaan setan dalam bentuk tahayul, perjudian, dan hiburan tidak sehat. Kita berjanji menolak tindakan dan kebiasaan tidak adil, tidak jujur, dan melanggar hak asasi, dan lain-lain.
Sebagai manusia lemah, kelalaian dalam menjalankan janji baptis menyebabkan kita merasa jauh dari Tuhan. Penyebab kelalaian ini biasanya datang dari diri kita sendiri, walaupun kadang kita merasa sesama kita pun punya andil dalam hal ini. Marilah kita tidak menyalahkan orang lain, melainkan lebih melihat pada diri sendiri, karena kita lebih memiliki kendali atasnya dibanding orang lain. Mengatur hidup untuk lebih baik di hadapan Tuhan membutuhkan kemauan, ketekunan dan keberanian. Kalau kita mau, kalau kita tekun, dan kalau kita berani maka hal itu, sedikit banyak, membantu kita untuk menjalankan janji baptis kita masing-masing. Meski kadang usaha dan perjuangan sudah kita lakukan secara maksimal, tetapi kadang-kadang kita masih merasa hidup jauh dari Tuhan. Janganlah menyerah! Teruslah berusaha dan berjuang! Ingatlah bahwa Tuhan sendiri bersabda, “Buluh yang patah terkulai tidak akan dipatahkan-Nya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan akan dipadamkan” (Mat. 12:20).
Ketika menerima Sakramen Baptis, sebagai tanda menjadi pengikut Kristus, kita semua diberi rahmat dan Roh Kudus yang sama dari Tuhan untuk menjalankan apa yang harus dilakukan sebagai seorang katolik. Tuhan selalu berada dalam hati kita, untuk mengatur langkah kita ke arah yang baik. Dia berbisik untuk kembali ke jalan yang benar ketika kita mulai melangkah ke jalan yang salah. Dia menunjukkan sumber air yang segar ketika kita mengarah ke padang gurun yang kering. Itulah Tuhan yang selalu memberi nasehat melalui suara hati kita. Keterbukaan hati untuk menerima tawaran rahmat dan Roh Kudus sangat dibutuhkan agar rahmat dan Roh Kudus itu tidak berlalu melainkan membentuk mosaik indah hidup rohani kita, yang akan kita persembahkan kepada Tuhan ketika kita berada Bersama-Nya di surga. Mengapa ada orang baik, ada oang jahat, ada orang setengah baik, ada orang setengah jahat? Mengapa ada koruptor, mengapa ada pembunuhan, mengapa ada orang kudus? Jawabannya tergantung dari keterbukaan kita memanfaatkan rahmat dan Roh Kudus, yang telah Tuhan berikan kepada masing masing orang. Ada tertulis dalam bacaan hari ini, “Sesungguhnya Allah tidak membeda-bedakan orang” (Kis. 10:34); kita semua didampingi Tuhan dengan cara-Nya.
Kasih dan kesetian Tuhan bagi kita manusia tidak ada batasnya. Kasih-Nya sampai pada tingkat yang tidak dapat dimengerti olah akal budi manusia. Allah mengutus Putra-Nya untuk menebus manusia dengan sengsara dan wafat di kayu salib. Kita bayangkan saja, bapak mana di dunia ini yang, dengan tahu dan mau, rela mengutus anaknya ke suatu tempat untuk melakukan sebuah tugas dan tahu bahwa tugas itu mendatangkan penderitaan bagi anaknya sampai menghembuskan nafas yang terakhir? Tidak ada cinta yang sebesar itu di dunia ini. Mari kita balas kasih Tuhan itu,dengan memaknai Pesta Pembaptisan Tuhan ini dengan berefleksi dan mencari jalan keluar untuk bagaimana dapat menjalankan janji baptis sebagai orang katolik, sehingga hari ini tidak berlalu begitu saja, tetapi ada pembaharuan dalam hidup, sehinggaada “Harapan baru sebagai anak Allah”. Marilah kita mengasihi Yesus dan menjadi anak yang selalu berkenan di hadapan Yesus seperti Bapa yang mengatakan: “Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nya Aku berkenan”. AMIN
Sr. Maria Lordes Uran, M.C.