SEBAGAIMANA BUNDA MARIA MENDAPAT MISI BARU SEBAGAI IBU TUHAN
“Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus” (Lukas 1:26-32).
Dengan mengutip ayat-ayat dari Injil Lukas tersebut, saya ingin berbagi pengalaman iman ketika menerima perutusan suster Misionaris Claris di Ho Chi Minh City, Vietnam. Soalnya, saya pun sangat terkejut!!! Mungkin kejutan yang saya dapatkan tidak sebesar yang Bunda Maria hadapi, tapi tetap saja yang namanya terkejut ya buat tangan panas dingin, hati tidak tenang dan banyak pikiran lain yang berkecamuk yang tidak satu pun bisa dijabarkan dengan kata-kata. Satu-satunya tempat pengungsian saya adalah berdoa dan pasrah pada penyelenggaraan Tuhan. Saya menjadi lebih tenang, walaupun masih banyak keraguan dan rasa gentar, ditambahkan lagi ketika membaca mengenai sistem pemerintahan negara tujuan, saya mulai bersiap-siap berangkat ke misi baru. Inilah saatnya membiarkan hidup dalam tangan Tuhan, memohon rahmat iman dan percaya bahwa Tuhan pasti punya rencana yang paling baik bagi saya di misi Vietnam.
“Jangan takut”, kata-kata Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria bergema di kepala dan hati saat kaki menginjak Ho Chi Minh City. Saya melihat sebagai tanda dari Tuhan ketika segala urusan imigrasi di lapangan terbang dan koper-koper yang kami bawa tidak mengalami masalah apa pun. Juga saat harus membaharui visa dengan pergi ke perbatasan antara Vietnam dan Kamboja berjalan mulus dan tanpa rintangan. Saya memang tidak tahu ke depannya akan seperti apa dan akan bagaimana bermisi di negara yang budaya dan bahasanya sangat berbeda dari tanah air kita. Tapi di sinilah saya ada sekarang… hidup di Vietnam. Di sinilah Tuhan menghendaki saya berada dan di sini pula saya percaya bahwa saya “beroleh kasih karunia di hadapan Allah”.
Seringkali ada umat yang bertanya, khususnya para saudara dan sahabat setanah air: “Suster kerja atau berkarya apa di Vietnam?” Jawaban saya: “Tugas saya hadir dan berada di antara umat katolik dan orang-orang Vietnam lainnya”. Sejak dibuka misi di negara ini pada tahun 2016, Kongregasi Misionaris Claris belum punya kerasulan khusus seperti di bidang pendidikan dan kesehatan ataupun karya lainnya. Tidaklah mudah untuk mendapatkan visa menetap di sini apalagi membuka satu karya non-profit atau karya pelayanan keagamaan. Yang pasti, misi kami adalah misi kehadiran; kehadiran yang membuat umat Allah dan orang-orang non kristiani merasakan kasih Tuhan; kehadiran tanpa banyak kata-kata tapi bisa membawa sukacita bagi orang-orang yang berada di sekitar kami. Kehadiran yang memanusiakan sesama dan membawa pengharapan, dan semoga dengan itu membawa semua orang di tanah yang indah ini kepada Yesus.
Sekarang, saya masih ikut kursus bahasa Vietnam dari hari Senin sampai Jumat. Belum seujung kuku kemampuan untuk berbicara maupun menulis dalam bahasa Vietnam yang sulit tapi semua itu tidak mengendorkan semangat untuk belajar dan untuk berani menyapa orang yang saya jumpai secara khusus umat paroki saat pulang dari perayaan Ekaristi di gereja atau dengan beberapa tetangga. Kadang-kadang mereka mengerti tapi seringkali mereka terlihat bingung lalu mulailah bahasa isyarat beraksi… Lalu setelah mengerti, mereka akan mengajari kami untuk membentuk kalimat yang benar serta intonasi yang sesuai untuk setiap katanya. Dalam hal ini saya kagum dengan orang Vietnam. Kebanyakan dari mereka suka menolong agar kami dapat berbicara dalam bahasa Vietnam dengan benar.
Jalan bermisi di negara Vietnam masih panjang. Ada banyak hal yang akan saya jumpai, baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, baik yang memberi semangat maupun yang mematahkan hati, baik yang membuat tertawa maupun yang membuat menangis… Masih banyak hal yang menunggu untuk terjadi di depan. Namun, bermisi dan menerima misi bukan karena saya senang atau tidak senang, bukan karena saya pintar atau bodoh, bukan karena seribu alasan yang bisa kita sebutkan. Allah yang menghendaki agar kabar sukacita dapat dibagikan kepada semua orang dan Allah pula yang mengutus. Jadi, Allah pula yang akan senantiasa membimbing untuk selanjutnya. Di sinilah saya bisa melihat keterbukaan hati, budi dan pikiran Bunda Maria saat menerima misi perutusannya sebagai bunda Yesus: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menutut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Meskipun belum mengerti, tapi Bunda Maria terbuka dan penuh iman menerima misinya untuk membawa Yesus hadir di dunia ini dan dengan itu membawa keselamatan bagi umat manusia. Semoga saya dapat mengikuti teladan Bunda Maria untuk melaksanakan misi yang Allah berikan saat ini, sebagai sarana untuk membawa “banyak jiwa, jiwa-jiwa yang tak terhitung banyaknya… agar mereka semua mengenal dan mencintai-Mu, itulah balasan satu-satunya yang kuinginkan” (Beata Maria Ines).
Tuhan memberkati.
Sr. Mariana Maja, M.C.