Bumi, rumah kita bersama, mengalami degradasi yang sangat mengkhawatirkan. Bila manusia tidak peduli lagi dengannya, maka akhirnya dirinya sendiri pun akan menuju kehancuran seiring dengan kehancuran bumi. Kita, sebagai umat Kristiani, bekerja sama dengan semua pihak untuk menyelamatkan bumi yang satu, yang kita diami bersama-sama ini sebelum sampai pada kehancurannya. Kita semua diwajibkan untuk turut serta menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan umat manusia dan generasi selanjutnya. Maka dalam hal ini, semua umat, baik kristiani maupun non-kristiani, dan seluruh warga masyarakat mempunyai panggilan yang satu dan sama yaitu untuk mengusahakan dan merawat bumi sebagai rumah kita bersama sesuai dengan kehendak Allah (Ensiklik Laudato Si’).
Sebagai wujud pelaksanaan Ensiklik Laudato Si’, SMP Katolik Santa Clara Surabaya melakukan kegiatan penanaman pohon mangrove supaya laut tidak mengalami abrasi, sehingga ekosistem laut dan darat terjaga baik. Acara ini juga merupakan rangkaian dari perayaan 50 tahun SMP Katolik Santa Clara Surabaya. Pilihan ini diambil sebagai bentuk kepedulian kami akan kelestarian alam, karena Allah Bapa telah menganugerahkannya bagi kami dengan kemurahan hati-Nya. Tindakan cinta alam ini kami buktikan pada hari Selasa, 13 Desember 2022, dengan penanaman sebanyak 235 bibit di Mangrove Wonorejo, Surabaya. Pesertanya terdiri dari perwakilan para siswa per paralel kelas, pengurus OSIS, para suster Misionaris Claris, komite sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Pada pukul 09.30 WIB kami mulai berangkat secara beriring-iringan dengan menggunakan empat truck milik Angkatan Laut, minibus, dan dua mobil lainnya, menuju hutan mangrove. Sukacita nampak pada raut wajah serta mata para peserta. Terdengar juga gurauan ringan, tawa riang anak-anak sejak berkumpul dan berbaris di lapangan SMP. Suasana gembira itu pun terpancar selama perjalanan hingga tiba di lokasi. Setelah tiba di Mangrove Wonorejo, petugas menjelaskan secara singkat tentang manfaat hutan mangrove, dan bagaimana cara menanam pohonnya.
Hutan mangrove memiliki fungsi yang besar bagi kehidupan manusia, karena merupakan ekosistem yang memiliki peran dan fungsi yang sangat penting aspek ekologi dan ekonomi. Secara ekologis, mangrove berperan sebagai mata rantai makanan di suatu perairan yang dapat menunjang kehidupan berbagai jenis biota di dalamnya. Di samping itu, ekosistem mangrove menyediakan habitat, tempat bertelur, tempat memijah, serta tempat mencari makan bagi berbagai biota seperti ikan, udang, dan moluska. Mangrove juga banyak dimanfaatkan sebagai penghasil kayu untuk bahan baku bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan yang dapat menunjang ekonomi masyarakat sekitar. Beberapa fungsi lainnya adalah sebagai berikut: menahan arus air laut yang dapat mengikis daratan pantai, penyerap gas karbon dioksida dan sebagai penghasil oksigen, tempat hidup biota laut seperti ikan kecil untuk berlindung dan mencari makan. Sesudah penjelasan selesai, mulailah proses pemberangkatan, dimana kami dibagi menjadi lima kelompok dengan menggunakan transportasi air, yaitu perahu kayu.
Betapa indahnya hutan mangrove, saat kami menelusuri sepanjang sungai itu. Banyak jenis burung yang hinggap di dahan pepohonan, sesekali ada beberapa burung bangau beterbangan melintas di atas perahu kami. Kicauan burung-burung itu menambah sukacita kami dan semaraknya hari itu. Dengan cuaca baik dan matahari bersinar cerah, nampak beberapa awan putih melintas di langit biru. Angin semilir pun tak mau kalah menemani kami di atas perahu yang terus melaju menuju arah muara laut. Kadang deru mesin kapal terdengar kencang, percikan air sungai yang menerpa wajah dan badan kami memberi keseruan dan kesegaran tersendiri. Sungguh indah karya-Mu, Tuhan. Sungguh agunglah Engkau.
Di tempat tujuan, kami mulai menanam bibit bakau secara bersama. Sungguh mengasyikan sekali berada di hutan mangrove, sejenak menikmati keindahan hutan mangrove. Namun sayang, banyak sampah plastik atau pun sampah lain yang tersangkut pada akar pohon bakau, sehingga tepian sungai kelihatan kotor.
Beata Maria Ines pernah menulis, “Sang Tukang Kebun Ilahi memelihara semua makhluk hidup dengan perhatian dan cinta yang sangat besar. Ketika saya menanam satu bibit, saya akan merawatnya dengan menyiram, melindungi dari terik matahari, dan kadang menjemurnya saat tanaman kecil itu butuh cahaya matahari. Beberapa bulan kemudian tumbuh tunas di sekitarnya, dan saya pun bersukacita sebab melihat pekerjaan yang berhasil. Demikian pula, betapa besar sukacita Sang Tukang Kebun Ilahi melihat tanaman-Nya itu tumbuh dengan subur dan elok.”
Semoga kegiatan penanaman pohon ini menumbuhkan rasa cinta alam dalam diri para siswa dan kita sebagai pendidik. Marilah kita semua menjaga kelestarian lingkungan terdekat dengan menjaga kebersihan dan merawat tanaman seperti yang dilakukan Sang Tukang Kebun Ilahi.
Yulius Haryadi