Kalau kita mendengar kata “Kintamani, kita teringat suatu kawasan wisata terkenal di Bali yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Potensi wisata kawasan ini adalah pemandangan kawasan pegunungan yang unik dan menakjubkan.
Dalam tulisan kali ini, kita juga diajak berwisata ke Kintamani, tapi bukan di Bali, melainkan berwisata secara rohani, pergi berjalan mewartakan kabar suka cita yang berdasarkan Kitab Suci. Kintamani (Kitab Suci teman dalam Misi)
Seperti tertulis pada artikel sebelumnya, bahwa bulan ini, kita umat Katolik memasuki Bulan Kitab Suci dan pada bulan Oktober nanti selain sebagai Bulan Rosario, Gereja juga merayarakan Hari Minggu Misi. St. Teresia dari kanak – kanak Yesus, seorang Santa Pelindung Misi, juga kita peringati pada Bulan Oktober.
Jadi sepertinya cocok kita merenungkan bahwa Kitab Suci adalah dasar dari misi, bisa kita artikan juga bahwa sebelum bermisi, mewartakan Tuhan, mewartakan Injil kabar suka cita, kita hendaknya mengenal siapa yang akan kita wartakan, siapa yang akan kita beritakan… yaitu Tuhan sendiri. Secara fisik dan kasat mata mungkin kita belum pernah melihat Tuhan, tetapi kita percaya Tuhan ada dan hadir dalam Sabda-Nya, dalam Kitab Suci, untuk itulah Kitab Suci merupakan dasar dari misi.
Biasanya pada saat-saat terakhir, pada waktu mendekati ajal, orangtua atau orang yang kita sayangi akan meninggalkan pesan-pesan kepada orang-orang yang akan ditinggalkan. Pesan-pesan ini akan lebih diperhatikan dari pesan-pesan yang lain, dan orang yang mendapatkan pesan itu pun akan berusaha untuk memenuhinya. Demikian juga Yesus. Setelah kebangkitan dan sebelum Dia terangkat ke surga, Yesus meninggalkan pesan kepada para rasul, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16 : 15). Ini adalah sebuah perintah. Pergilah… pergi meninggalkan kenyamanan kita, pergi dari tempat kita sekarang ini, beranjak dari diri kita. Ke mana? Ke seluruh dunia, dunia di mana saja kita berada, di sekolah, di rumah, di pasar, di kantor, di rumah sakit dan tempat-tempat lainnya. Untuk apa? Memberitakan Injil: bermisi, menjadi misionaris, menjadi pewarta sukacita kapan pun dan di mana pun. Pada Injil Markus 16:19-20 dikatakan, Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. Para murid dengan segera menaati, memenuhi pesan dan perintah dari Sang Guru untuk pergi mewartakan Injil. Yesus mengharapkan para murid menjadi pewarta sukacita, persaudaraan dan perdamaian. Menjadi pewarta adalah panggilan semua umat beriman.
Menjadi pewarta atau bermisi tidak harus populer, tidak harus banyak bicara, tidak harus melakukan hal-hal yang besar dan luar biasa. Bermisi yang sejati berawal dari hati yang mencintai dan mengasihi. Bahkan perbuatan yang dilakukan dengan kasih, lebih banyak berbicara kepada orang-orang di sekitar kita, dari pada perkataan yang kurang didasari kasih. Banyak pewarta sukacita yang tidak dikenal orang, tidak disorot media sosial, tetapi mereka bekerja dengan sepenuh hati tanpa mengharapan imbalan dan mereka melayani dengan semangat pelayanan yang luar biasa, tidak dikenal orang, tetapi Tuhan mengenal dan tahu betul apa yang mereka perbuat.
Salah satu tugas utama seorang murid ialah: menghadirkan Kristus kepada sesamanya. Suatu ajakan untuk pro-aktif dalam kegiatan misi mewartakan Kristus, yang sesuai dengan perintah, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15).
Manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk hidup, membutuhkan kekuatan jasmani untuk mewartakan Injil. Tetapi, apakah makanan jasmani saja cukup? Sesungguhnya, selain makanan jasmani manusia juga membutuhkan makanan rohani agar menjadi manusia yang bermartabat dan bahagia. Makanan rohani itu tidak lain adalah Firman Tuhan yang disampaikan dalam Kitab Suci. Kitab Suci adalah sarana utama untuk mengalirkan kasih karunia hidup-Nya, menghadirkan Kristus pada sesama. Kitab Suci adalah dasar dari pewartaan iman. Kitab Suci adalah Sabda Tuhan serta teman, terang yang menuntun dalam pelayanan. Dalam bermisi tidak jarang kita merasa lelah, bosan, capek, bahkan mungkin sampai putus asa. Tapi kita diingatkan bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita dalam Sabda-Nya yang ada dalam Kita Suci. Kintamani, Kitab Suci teman dalam Misi. “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).
Dom Helder Camara, seorang Uskup Agung dari Brasil, adalah salah satu tokoh Katolik yang berpengaruh pada abad ke-20. Dalam sebuah tulisannya tentang misi ada beberapa kalimat yang mengingatkan kita, khususnya dalam melaksanakan misi mewartakan Kristus kepada sesama kita:
Misi berarti meninggalkan, pergi, melepas segala sesuatu, keluar dari diri sendiri; misi berarti berhenti berkisar pada diri sendiri. Di atas semua itu, misi berarti membuka diri sendiri bagi sesama, sebagai saudara dan saudari, menemukan mereka, menjumpai mereka dan jika, untuk menemukan mereka dan mencintai mereka perlu menyeberangi lautan dan terbang mengarungi cakrawala, maka misi berarti pergi sampai ke ujung dunia.
Sr. Andrea Venty, M.C.