Hiduplah di hadapanku dan jadilah sempurna” tulisan Beata Maria Ines dalam buku Kecapi Hati ini sangat menarik dan menjadi motivasi bagi saya untuk senantiasa hidup di hadirat Tuhan. Hidup di hadiat Tuhan berarti memiliki relasi yang dekat dan intim dengan Tuhan. Relasi yang demikian membuat seluruh perbuatan menjadi lebih hidup dan bermakna dan tentunnya akan mengantar pada kekudusan
Jika demikian,apakah untuk menjadi kudus itu harus menjadi seorang biarawati? Tentu saja tidak. Jalan menuju kekudusan dapat kita lalui lewat tugas dan tanggungjawab yang kita lakukan dalam hidup sehari hari. Paus Fransiskus mengatakan; “untuk menjadi suci tidak mesti menjadi uskup, imam atau anggota relgius.” Ditegaskan juga dalam konsili vatikan II; “kita semua dipanggil untuk menjadi suci entah sebagai seorang ibu, atau ayah, entah sebagai seorang siswa atau guru, entah pengacara ,entah sebagai petugas kebersihan”.
Maka kekudusan merupakan hakekat panggilan Kristiani, karena melalui rahmat pembaptisan kita semua telah dipanggil untuk terlibat dalam kekudusan. “Karena itu, kamu harus menjadi sempurna, seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” ( Mat 5:48). Kekudusan bukan hanya sebatas undangan atau ajakan tetapi merupakan suatu keharusan yang mesti diraih oleh semua orang melalui proses, penuh perjuangan dan tantangan bahkan berlangsung sepanjang hidup.
Banyak dari kita berpikir bahwa menjadi kudus itu sesuatu yang sulit untuk dicapai dan bahkan tidak mungkin. Padahal sebenarnya kekudusan hadir dalam pengalaman nyata, melalui pengalaman harian, dan dalam perbuatan kecil. Sebagai contoh; seorang bapak/ibu dalam keluarga yang dengan cinta dan penuh pengorbanan mendidik dan membesarkan anak-anaknya, saat itulah sebenarnya mereka sedang berusaha untuk menjadi kudus. Begitu pula dengan seorang anak yang tenang dan sabar mendengar nasehat orang tua ,atau seorang biarawati yang dengan penuh penyerahan total menghayati dan menghidupi semangat dan spiritualitas pendiri yang melalui hidup doa , hidup komunitas, hidup apostoliknya serta relasinya yang hangat dan harmonis dalam kebersamaan, mereka juga sedang berusaha untuk menjadi kudus.

Kekudusan juga dapat diperoleh melalui hal yang sepele dan sederhana, misalnya; memberi satu senyuman yang tulus, menyapa dengan ramah dan tulus, bekerja dengan hati, berpikir positif, tidak menggosip atau berkata buruk tentang orang lain, dan masih banyak lagi.
Dalam kesempatan Misa malam paskah 11 April 2020, Paus Fransiskus menegur orang-orang yang suka membuat gosip. Paus menegaskan bahwa tindakan gosip dianggap lebih buruk ketimbang pandemi Virus19. Karena itu ia berpesan supaya hati-hati untuk tidak menyebarkan virus gosip, Gosip itu sendiri membuat hati seseorang tertutup bagi orang lain”. Dengan demikian tertutup juga jalan menuju kekudusan. Beata Maria Ines dalam tulisannya mengatakan :”Kekudusan bisa dicapai lewat pertobatan yang terus menerus, dengan semangat iman,harap dan kasih. Sadar akan kelemahan /kerapuan diri dan terus mengandalkan kekuatan Tuhan sembari terus melayani tanpa akhir (misionaris tanpa batas).Semangat iman membawa pada pengharapan akan kasih Allah yang hidup dan nyata dalam pengalaman harian”
Singkatnya, panggilan sebagai biarawati bukan satu-satunya jalan menuju kekudusan, namun melalui setiap tugas dan panggilan kita masing-masing. Mari kita berjalan bersama meraih kekudusan saat ini. Kalau bukan kita siapa lagi ? kalau bukan sekarang ,kapan lagi?

Sr.Paulina Dhiu MC

Tambahkan Komentar Anda