Dalam dunia modern saat ini, kita dihadapkan dengan berbagai macam tawaran dunia yang sangat beragam, serba cepat, menggiurkan dan menyenangkan. Tawaran-tawaran tersebut sebagian besar mengarah pada kesuksesan kekayaan harta, jabatan-jabatan penting, status sosial yang tinggi, dan popularitas. Jika kita hanya mengejar hal-hal tersebut tentu tak akan ada habisnya. Memang benar hal tersebut ada yang kita perlukan, namun itu semua bukanlah segalanya dan bukan menjadi akhir dari tujuan hidup kita. Justru segala pekerjaan, pilihan hidup, dan apapun yang kita lakukan itu menjadi suatu sarana untuk mencapai tujuan akhir kita kelak yaitu kehidupan kekal.
Bagi sebagian orang, istilah suci/ kudus/ kemartiran, mungkin dianggap sebagai hal yang aneh, kuno, atau sesuatu yang sangat jauh untuk dikejar dalam dunia modern saat ini. Namun bagi orang Kristen, kita jangan sampai melupakan bahwa kekudusan sendiri merupakan dasar dari panggilan hidup kita. Kita semua yang telah dibaptis dipanggil untuk mencapai kekudusan: kesempurnaan cinta kasih dalam persatuan dengan Allah yang telah mengasihi kita.
“Do not be afraid of holiness. It will take away none of your energy, vitality or joy” (Paus Fransiskus)
Pertanyaannya sekarang adalah; “apakah pada zaman ini kita masih bisa hidup kudus?”
Tentu saja bisa. Paus Fransiskus menegaskan bahwa menjadi kudus di “zaman now” bukanlah merupakan suatu hal yang mustahil. Ia juga mengatakan agar jangan takut akan kekudusan, hal itu tidak akan menguras energi dan kegembiraanmu. Dalam seruan apostoliknya yang berjudul Gaudete et Exsultate, Paus memberikan penjelasan tentang bagaimana hidup kudus sebagaimana yang Yesus ajarkan dalam sabda bahagia. Dengan berbagi kepada mereka yang membutuhkan, menerima dan memahami penderitaan orang lain, lemah lembut dan rendah hati pada sesama, bertindak dengan belas kasih, menjadi pembawa damai, dan selalu berada pada jalan kebenaran Kristus. Paus juga memberikan pada kita contoh-contoh hidup kudus dari para Santo Santa, seperti Santa Theresia dari Lisieux yang mencapai kekudusannya dari melakukan tugas-tugas kecil hariannya, kemudian Santo Philip Neri yang terkenal karena selera humornya, dan Santo Ignatius dari Loyola yang selalu mencari Tuhan dalam segala hal.
“Yang dibutuhkan untuk mencapai kesucian adalah: menjalankan dengan gembira semua kehendak Tuhan, melihat Dia dalam segala kejadian, mencintai Tuhan dalam sesama secara khusus dalam diri sesama yang hidup dengan kita setiap hari. Dengan demikian jiwa kita akan dipenuhi dengan cinta, kedamaian, kegembiraan, dan akan menyatukan dengan Dia dalam madah pujian, sembah sujud dan penyerahan.” (Beata Maria Ines)
Jadi dalam mencapai kekudusan di “zaman now” ini tidak harus melakukan tindakan yang besar, dramatis, heroik seperti para martir, dan sampai meninggalkan seluruh pekerjaan kita. Justru dari segala pekerjaan dan tugas-tugas harian yang paling kecil sekalipun perlu kita sadari sebagai suatu sarana untuk mencapai kekudusan.
Saya ingin menjadi kudus di “zaman now”, bagaimana denganmu?
Cristiana Adventera
Postulan MC