Hari ini kita merayakan Hari Raya Pentakosta, turunnya Roh Kudus, lima puluh hari setelah hari Raya Paskah. Kalau kita masih ingat dalam bacaan Injil sebelum Yesus naik ke Surga, Yesus menjanjikan kepada para murid bahwa Dia tidak akan meninggalkan mereka sebagai yatim piatu tapi akan mengirim Roh Kudus untuk menyertai Gereja sampai pada akhir zaman. Seperti Injil yang hari ini kita dengar bahwa, Dia akan memohon pada Bapa untuk mengirim seorang Penghibur. Kata ‘seorang’ menyatakan bahwa Roh Kudus adalah pribadi, Pribadi ketiga dari Tritunggal Mahakudus. Pribadi itu akan dikirim, tapi dengan satu syarat yang Yesus katakan: JIKALAU KAMU MENGASIHI AKU DAN MENURUTI PERINTAH-KU, yaitu perintah untuk saling mengasihi. Pada hari Pentakosta ini, janji itu digenapi dan para murid mengalami transformasi yang sangat mendalam. Para nelayan yang sederhana, kurang pengetahuan, pemalu bahkan penakut, bisa berubah menjadi saksi-saksi kebangkitan Sang Guru yang fasih berbicara, yang mampu berdebat dengan para ahli Taurat, seperti kita baca dalam Kisah Para Rasul. Mereka sudah tidak dihantui ketakutan dan tidak takut pula akan penderitaan. Bahkan mereka bersukacita ketika mengalami penderitaan, dicambuk, karena dianggap layak mengalami semua itu demi Nama Yesus.  

Kita, saat ini, berada dalam masa yang sangat penting dalam hidup Kongregasi Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus, masa pre-Kapitel Umum dan, kita semua merasakan bagaimana karya Roh Kudus sedang bekerja dalam seluruh kongregasi (ini yang saya rasakan), dimana kita semua, sejak beberapa waktu yang lalu, diajak untuk membuka hati dan membiarkan diri kita ditransformasi/diubah untuk menjadi manusia baru, sesuai dengan harapan Tuhan dan Gereja, menjadi saksi kebangkitan Tuhan pada jaman ini. Dari beberapa Kapitel yang pernah saya ikuti, pengalaman pre-kapitel kali ini merupakan suatu yang luar biasa, bagaimana kita semua diajak untuk bersama-sama bertanggung jawab akan kelangsungan kongregasi dan karyanya. Semua diajak berproses, tanpa pengecualian mulai dari yang kecil, para postulan dan novis, sampai pada kita semua. Tentu Ibu Pendiri kita pun berbahagia, karena kongregasi kecilnya ini berkembang sesuai dengan yang beliau harapkan, untuk menjadi nabi pada masanya.

Kita tidak bisa ragu akan persatuan yang erat antara Ibu Pendiri kita, Madre Maria Ines, dengan Allah Tritunggal dan Bunda Maria. Mengenai pribadi ketiga dari Tritunggal Mahakudus, Roh Kudus, Madre Maria Ines menulis banyak sekali, bukan hanya menulis tapi menghidupi tema Roh Kudus ini. Dalam salah satu refleksinya, beliau mengambil sebagai referensi “Enkarnasi Sang Sabda dalam rahim Bunda Maria tanpa melupakan hubungannya dengan pembaptisan”. Rahmat Roh Kudus mengundang kita bersatu dengan Tuhan dengan meneladan Bunda Maria. Madre Maria Ines menulis: “Roh Kudus menyuburkan rahim Perawan Maria, dan Sang Sabda menjadi daging. Roh Kudus yang sama turun ke atas jiwaku pada hari pembaptisanku dan meninggalkan padanya jejak Kristus yang sempurna, dan terjadilah pernikahan mistik. Kristus menikah dengan kemanusiaanku dan, jiwaku dengan keilahian-Nya. Dan kami bukan lagi dua, melainkan satu” (surat tahun 1949).

Dalam tulisan itu, kita dapat menemukan dan merasakan betapa Madre Maria Ines memiliki hubungan yang demikian erat dengan Allah Tritunggal. Penyerahan dirinya yang demikian total dan kesediaan serta keterbukaannya akan dorongan Roh Kudus begitu jelas. Tentunya para suster yang pernah tinggal atau melihatnya, memiliki banyak pengalaman tentang hal ini. Contohnya waktu beliau berkunjung ke Indonesia dan merayakan 25 tahun kongregasi, setelah pesta perayaan, Madre Maria Ines mendapat telepon dari Roma yang mengatakan bahwa terjadi suatu masalah dan beliau harus kembali. Maka dengan segera, Madre Maria Ines berangkat ke Roma dan, ternyata masalah yang menantinya disana bukanlah permasalahan yang kecil. Tapi, dengan ketenangan hati, dia melihat semua itu sebagai kehendak Tuhan dan menerimanya tanpa membuat kegaduhan maupun mengeluh. Kalau beliau tidak memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan, apakah hal itu bisa terjadi? Mungkin tidak seperti kita, atau paling tidak saya, pasti mulai ‘ngomel’ atay berkomentar yang bisa jadi justru menimbulkan ketidaktenangan juga bagi orang lain. Ini hanyalah contoh kecil. Masih banyak contoh lainnya yang sungguh kita harus merasa bangga memiliki seorang ibu seperti Madre Maria Ines.

Tadi masing-masing kita menerima Karunia Roh Kudus, Lalu, apa saja sih karunia itu?

Karunia Kebijaksanaan adalah anugerah yang memungkinkan kita melihat realitas yang mengelilingi kita dengan mata Tuhan. Tatapan tajam ini memungkinkan kita untuk mengenali kehadiran Tuhan Sang Pencipta dalam nyanyian burung, dalam keindahan bunga, dalam senyum seorang anak…

Karunia Pengertian diberikan kepada kita untuk maju dalam pengertian akan ajaran Yesus Kristus. Kalau kita membaca kisah para murid dari Emaus; mereka sedih dan putus asa karena apa yang terjadi di Yerusalem pada Jumat Agung, ketika Tuhan mereka disalibkan dan semua ilusi mereka telah runtuh/hancur. Melalui dialog dengan seorang Peziarah tak dikenal, yang kemudian ternyata adalah Tuhan yang bangkit, pikiran mereka terbuka dan harapan terlahir kembali di hati mereka. Melalui percakapan ini, mereka memahami arti dari peristiwa yang terjadi baru-baru ini. Karunia Kecerdasan atau Pemahaman memungkinkan kita untuk memahami logika rencana keselamatan yang berbeda dari logika manusia yang hanya bergerak di antara kutub keberhasilan dan kegagalan.

Pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa sebelum membuat keputusan penting, adalah bijaksana untuk mendengarkan nasihat dari orang-orang berpengalaman yang pasti akan memberikan masukan yang sangat berguna untuk membuat keputusan yang tepat. Kalau begitu, Karunia Nasihat adalah anugerah yang memungkinkan kita untuk maju dalam kesetiaan pada perintah dan ajaran Tuhan. Dan untuk bisa mendengarkan tentunya dibutuhkan suasana doa dan hening agar bisa peka akan gerakan Roh dalam diri kita.

Karunia Kekuatan adalah apa yang menopang kita di masa-masa sulit. Mari kita pikirkan, misalnya, tentang kepahlawanan orang-orang yang menjadi saksi iman mereka di tengah kondisi penganiayaan atau penghinaan terhadap nilai-nilai agama; mari kita kagumi kekuatan yang dibutuhkan oleh begitu banyak ayah dan ibu dari keluarga kita (tidak usah jauh-jauh) bagaimana mereka berusaha untuk berjuang demi keluarga. Kita juga sebagai biarawati dituntut untuk memiliki suatu kekuatan dan kemauan keras untuk terus berjuang, terutama dalam perjalanan menuju kesucian. Tentunya ini adalah sesuatu yang tidak mudah, berjuang untuk memperbaiki diri, mengatasi kelemahan-kelemahan kita. Tapi dengan Karunia Kekuatan ini, kalau kita mau, maka Tuhan akan membantu kita.

Karunia Pengetahuan membantu kita memahami kebesaran Tuhan melalui ciptaan dan mengajarkan kita untuk menjaga karunia ini untuk kepentingan semua. Ini membantu kita untuk memikul tanggung jawab kita sebagai administrator ‘rumah bersama’ dan bertindak dengan adil untuk kepentingan dan kemajuan seluruh umat manusia.

Karunia Kesalehan menghasilkan dalam diri kita kedekatan yang intim dengan sehingga kita dapat berbicara kepada-Nya dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, sebagai anak-anak yang membuka hati kepada Bapanya.

Karunia Takut akan Tuhan, jangan kita berpikir “TAKUT” secara negatif. Karunia ini memberi kita cahaya batin yang membantu kita menjadi sadar akan jurang tak terbatas antara Tuhan dan kita, tetapi Dia selalu setia meski kita berulang kali tidak setia. Keadaan yang kontras ini bukan untuk membawa kita pada keputusasaan dan pesimisme, melainkan merupakan sumber rasa syukur atas kasih Allah yang penuh belas kasihan, yang telah dinyatakan kepada kita di dalam Yesus Kristus, yang memberikan nyawa-Nya untuk keselamatan kita.

Semoga dengan karunia yang baru kita terima dan dengan buah-buah Roh Kudus, kita membuka hati untuk bekerjasama dengan-Nya, karunia ini bisa berkembang dalam diri kita, dan kita pergunakan untuk melayani sesama, mulai dari yang terdekat.

https://youtube.com/shorts/pLBWXsK0oWg?feature=share

Sr. Rina Rosalina MC

Tambahkan Komentar Anda