Semua karena karunia belas kasih Tuhan…

Inilah yang mendasari Bunda Maria dalam melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah di dalam hidupnya. Ia menjadi Bunda Allah yang Mahatinggi, namun dengan tetap bersikap rendah hati dengan menganggap dirinya sebagai seorang hamba di hadapan Allah, melalui jawaban yang diberikan kepada malaikat Grabiel “Jadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1 : 38).

Setiap pribadi, siapapun itu, telah diberikan oleh Allah rahmat kasih yang bila kita sadari sungguh besar dan tak terkira menurut logika manusiawi. Dan Bunda Maria telah menanggapi rahmat kasih Allah ini di dalam kehidupannya, dengan menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan dan sesama, serta bekerjasama dengan misi keselamatan Kristus.

Sebagai seorang yang terpilih, hal ini tidak menjadikan Bunda Maria menuruti kecenderungan manusia, namun justru mengubur dalam-dalam harapan dan cita-cita pribadinya dan lebih mengutamakan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa. Mudahkah hal ini untuk dilakukan? Apakah semuanya semulus jalan tol untuk dapat dilalui?

Tentulah kita semua mengetahui, bagaimana susah dan perjuangan Bunda Maria dari awal permulaan kabar gembira tersebut diterima, hingga akhirnya misi keselamatan Kristus dapat terwujud. Terpilih, terpanggil menjadi Ibu Tuhan, bagi Maria bukan sesuatu yang mesti digembar-gemborkan. Sebaliknya, merupakan sebuah tugas dan pelayanan. Maria peka dan tanggap akan apa yang mesti dibuat. Ia pergi melintasi pegunungan untuk mengunjungi Elisabet yang sudah hamil tua. Maria hadir memberi bantuan, mengulurkan tangan bagi orang yang sedang mengalami kesulitan seperti Elisabeth yang mengandung pada masa tuanya. Ibu Tuhan datang melayani. Maria tinggal di sana selama tiga bulan. Periode yang cukup lama untuk memberi bantuan bagi seorang tua yang baru melahirkan. Sementara ia sendiri pun sedang mengandung. Maria menyerahkan diri menjadi alat di tangan Tuhan, supaya rencana Allah menyelamatkan dunia terwujud.

Pilihan Tuhan tidak berarti mengecualikan Maria dari cobaan dan tantangan. Justru orang beriman seperti Maria mengalami pergumulan yang berat, tetapi ia selalu kembali pada pilihan dasar hidupnya, menjadi hamba dan alat Tuhan. Kebesaran Maria ada pada penyerahan dirinya secara menyeluruh terhadap tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam karya yang dimulai Allah dalam dirinya.

Hati adalah pusat dan pengendali tubuh dan jiwa. Hati Maria sungguh suci dan terberkati, sehingga mampu menerima dan menyimpan segala misteri ilahi yang dipercayakan Allah kepadanya, dalam kerendahan hati yang tanpa batas. Umat manusia yang percaya kepada Yesus mengakui Maria sebagai Bunda Putera Allah. Teladan itulah yang diwariskan kepada kita. Memiliki hati yang lembut, penuh kasih dan kerendahan hati, merupakan hal yang harus diperjuangkan dan di upayakan terus menerus dalam hidup harian kita.

Lidwina Oktaria Kartika, Novis Suster MC

1 Comment

  • Posted May 23, 2022 11:20 am
    by
    Claris

    Terimakasih Wina.

Tambahkan Komentar Anda