PARTISIPASIKU DALAM PERTEMUAN MISIONARIS KERAHIMAN SEDUNIA DI ROMA TANGGAL 23-25 APRIL 2022
D engan kasih sayang dan kekaguman akan ketekunan dan kesetiaan kalian pada semangat dan spiritualitas yang telah kita terima dari Ibu Pendiri Beata Maria Ines Teresa dari Sakramen Mahakudus, saya menyapa kalian semua, anggota Keluarga Inesian di seluruh dunia.
Seperti banyak dari kalian ketahui, sejak tahun 2016, tahun yang didedikasikan pada Kerahiman Illahi, saya ditunjuk oleh Paus Fransiskus menjadi “Misionaris Kerahiman”, yang adalah para imam dari berbagai keuskupan dan kongregasi religius, yang ditunjuk oleh Paus untuk memberi pelayanan khusus dalam Gereja, yaitu sebagai pelayan Sakramen Rekonsiliasi dengan kuasa istimewa, termasuk untuk melepaskan dosa-dosa yang hanya merupakan wewenang dari Tahta Suci.
Artinya, sebagai Misionaris Kerahiman, kami dapat melepaskan semua dosa, termasuk dosa penodaan hosti dan anggur kudus dari Ekaristi, seperti pencurian atau penggunaannya untuk tujuan sakrilegi, menggunakan kekerasan fisik melawan Pontifikal Romawi, memberi absolusi atas dosa yang melawan perintah Allah keenam (contohnya, seorang imam yang melakukan relasi seksual dengan wanita atau pria lain, kemudian dia pergi mengaku dosa dan diberi absolusi), serta dosa pelanggaran kerahasiaan pengakuan dosa.
Satu aspek penting dari tugas yang diserahkan Bapa Suci kepada para Misionaris Kerahiman adalah mewartakan dan memberi katekesis, di setiap waktu dan tempat, tentang kerahiman Tuhan yang tidak terbatas kepada semua orang, di seluruh dunia.
Setiap dua tahun, kecuali tahun 2020 karena meledaknya pandemi Covid-19, Bapa Suci mengundang kami untuk bertemu di Roma dengan tujuan memberi semangat dan membantu kami untuk melanjutkan tugas pontifikal ini. Tahun ini, pertemuan diadakan tanggal 23 sampai 25 April. Saya akan membagikan kronik kepada kalian tentang hari-hari itu, dan saya berterima kasih secara khusus kepada Padre Carlos Careaga, MCIU., Superior saya, atas kesempatan yang diberikan agar saya dapat berpartisipasi pada acara ini, dan karena telah menggantikan tugas-tugas saya sebagai romo paroki, agar saya dapat pergi. Kepada Yang terhormat, Madre Martha Gabriela Hernández MC, yang telah mengijinkan saya tinggal beberapa hari itu di Rumah Garampi. Serta kepada Sr. Mary Lomeli dan seluruh komunitas Misionaris Claris di Garampi, bersama Padre Esquerda, yang telah membuat hari-hari saya menyenangkan selama berada di Roma.
SABTU 23 APRIL 2022:
Acara dimulai pukul 8 pagi dengan dibukanya gerbang Porta Petriana di Vatikan untuk masuk ke Ruang Sinode para Uskup, dimana kami akan memulai kegiatan-kegiatan dengan ucapan selamat datang dan Ibadat Tercia yang dipimpin oleh Mgr. Rino Fisichella, Presiden Penasihat Pontifikal untuk Promosi Evangelisasi Baru, yang sebentar lagi akan menjadi Dikasteri untuk Evangelisasi baru dan akan dipimpin langsung oleh Paus. Konstitusi Apostolik tentang hal ini dapat dibaca nanti, tanggal 5 Juni 2022.
Pukul 9:15, kami diberi petunjuk-petunjuk tentang tugas yang harus dikerjakan hari ini, dan setelah coffee break, kami berkumpul untuk membicarakan kegiatan besok dan dibagi kelompok-kelompok berdasar bahasa dari para partisipan. Ada tiga kelompok berbahasa Italia, satu Portugis, empat kelompok berbahasa Inggris, dua Spanyol, satu Perancis dan dua berbahasa Polandia. Setiap kelompok terdiri dari, kurang lebih, 25 imam, sebab kami ada 400 partisipan dari 1400 Misionaris Kerahiman yang ada di seluruh dunia.
Imam dari Meksiko dalam pelayanan ini ada 7 orang, yang pada kesempatan ini kami dapat datang semua, dan berada dalam 2 kelompok. Saya ada di kelompok pertama dimana ada imam dari berbagai daerah di Amerika dan Spanyol.
Dalam kelompok-kelompok ini, kami harus menjawab 2 pertanyaan: Pengalaman apa yang kamu dapatkan sebagai Misionaris Kerahiman selama masa pandemi? Pertanyaan kedua: Apa saja yang menjadi “best practice” yang telah mengidentifikasikan pelayananmu?
Kerja kelompok berlangsung selama dua jam dan sangat memperkaya, sebab kami semua berbagi pengalaman tentang bagaimana kami mendampingi Umat Allah melalui media sosial, sebagai salah satu dari media-media telematis untuk menyemangai umat di saat-saat sulit yang dialami oleh semua bangsa. Kami juga berbagi tentang bagaimana sukacitanya ketika dapat kembali mengaku dosa dan bagaimana umat datang berbondong-bondong ke kamar pengakuan, haus untuk mendapatkan karunia Allah. Secara umum, kami sadar bahwa saudara-saudara imam lainnya mengirimkan kepada kami para peniten yang sudah 30, 40 tahun, bahkan lebih, tidak datang mengaku dosa. Mereka sangat berterima kasih karena merasa didengarkan dan dapat menerima karunia pengampunan.
Tengah hari, di Lobby Aula Paulus VI, digelar buffet makan siang dan kami diberi waktu yang cukup lama sehingga dapat saling menyapa dengan misionaris-misionaris dari bagian dunia yang lain, yang selama ini hanya berkomunikasi lewat media sosial dan setelah empat tahun, kami dapat bertemu muka. Selama makan siang, kami diberi kenang-kenangan berupa gambar mosaik Kristus Gembala Baik yang digunakan sebagai logo Tahun Kerahiman dan sebuah buku yang berisi tema-tema pertemuan tahun 2016 dan 2018, juga beberapa pesan Bapa Suci kepada para Misionaris Kerahiman.
Sore harinya, pukul 4, Mgr. Rino Fisichella mempresentasikan tema “Misionaris Kerahiman, pribadi yang menerima”. Tema ini mengundang kami untuk bangkit kembali setelah pandemi, sementara kembali kepada normalitas yang baru, kami terus menjalankan tugas untuk mendengarkan dan mendampingi umat Allah dengan pemberian diri yang penuh sukacita. Dalam temanya, Mgr. Rino menyampaikan profil seorang Misionaris Kerahiman sebagai seorang pribadi yang terbuka untuk menerima sesama. Beliau menggarisbawahi bahwa bukti dari kerahiman adalah kemampuan untuk menerima orang lain, seturut teladan Sang Gembala Baik. Menjadi Misionaris Kerahiman berarti memiliki hati seperti Yesus serta kemampuan untuk memandang orang lain seperti Yesus memandang setiap pribadi.
Pertemuan hari ini diakhiri dengan apa yang disebut “Perjumpaan dengan Tuhan Yang Maharahim”; sebuah liturgi penitensial dan adorasi ekaristi di Paroki Santa Maria di Vallicella -Chiesa Nuova-. Di sana, beberapa orang dari kami mendapat kesempatan membahagiakan untuk mengaku dosa kepada Misionaris Kerahiman yang lain. Sebelumnya, melalui surat elektronik, beberapa dari kami diminta kesediaannya untuk mengaku dosa. Ini adalah suatu pengalaman yang sangat memperkaya, karena selalu, ketika seseorang berada dalam kamar pengakuan -tempat dimana dicurahkan kerahiman Allah-, karunia yang berkelimpahan diterimanya.
Demikianlah saat itu merupakan saat perjumpaan dengan Tuhan yang Maharahim melalui doa pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus dan Sakramen Rekonsiliasi. Acara ini tidak diadakan di tempat biasa, melainkan di gereja dimana terdapat makam Santo Filipus Neri.
MINGGU, 24 APRIL 2022, MINGGU KERAHIMAN ILAHI
Semua partisipan diundang untuk berkonselebrasi dalam Ekaristi di Basilik Santo Petrus. Awalnya, Bapa Suci yang akan memimpin Misa, namun karena beliau menderita masalah dengan lutut kanannya, dimana terdapat ketegangan ligamen yang membuatnya sulit dan merasa sakit ketika berjalan, berdiri atau bangkit dari duduk, maka Ekaristi dipimpin oleh Uskup Agung Rino Fisichella. Tentu Bapa Suci hadir dan duduk di tempat yang istimewa.
Homili dibawakan oleh Paus dan beliau menggarisbawahi bahwa Yesus, yang datang mendekati para murid yang ketakutan dan menunjukkan luka-luka-Nya kepada mereka, menunjukkan gerakan kerahiman. Karunia pertama dari kerahiman adalah damai. Yesus mengutus para murid agar mereka menjadi saksi dan pewarta kerahiman. Demikian pula kami, para Misionaris Kerahiman.
Satu hal yang sangat penting yang dikatakan Bapa Suci kepada kami adalah: “Tuhan Yesus memberi Roh Kudus kepada para murid-Nya untuk menjadikan mereka pelayan-pelayan pengampunan dosa. Siapa yang kalian ampuni dosanya, dosanya diampuni. Mereka tidak hanya menerima kerahiman, melainkan, mereka juga menjadi penabur kerahiman yang sama yang telah mereka terima. Mereka menerima kuasa, namun bukan karena jasa-jasa maupun tingkat pendidikan mereka. Bukan! Melainkan hanya karena rahmat yang diberikan kepada mereka, berdasarkan pengalaman mereka sendiri sebagai manusia berdosa yang telah menerima pengampunan.
Saya katakan kepada kalian, para Misionaris Kerahiman. Jika masing-masing kalian tidak merasa diampuni, lebih baik mengundurkan diri dari pelayanan ini, hingga saat kalian merasa telah menerima pengampunan. Dari pengalaman akan kerahiman itulah kalian akan dapat memberi banyak kerahiman serta pengampunan. Hari ini hingga seterusnya, pengampunan dari Gereja harus sampai kepada umat dengan cara itu, yaitu melalui kebaikan hati dari seorang bapak pengakuan yang penuh belas kasih, yang sadar bahwa dirinya bukanlah pemilik kuasa itu, melainkan saluran kerahiman, yang menyalurkan pengampunan, yang telah diterimanya, bagi orang lain.
Dari sinilah lahir “mengampuni segalanya”, sebab Allah mengampuni segalanya, semuanya dan selamanya. Kitalah yang lelah untuk memohon pengampunan, namun Dia selalu mengampuni. Dan kalian harus menjadi saluran pengampunan ini melalui pengalaman kalian sendiri yang telah diampuni. Janganlah kita menyiksa umat yang datang dengan dosa-dosa mereka, melainkan berusahalah untuk memahami apa yang mereka alami, mendengarkan dan mengampuni, serta memberi nasihat-nasihat yang baik untuk membantu mereka berjalan maju. Allah mengampuni segalanya. Janganlah kita menutup pintu itu”.
Paus memberi hadiah kepada kami satu persatu, para Misionaris Kerahiman, sebuah stola berwarna putih untuk berkonselebrasi. Itu juga bertujuan untuk mengingatkan kami bahwa kami harus membawa Yesus yang bangkit kepada semua jiwa. Pada tahun 2016, kami telah dihadiahi stola berwarna ungu untuk pengakuan dosa. Pada akhir Misa, kami ikut berpartisipasi dalam Angelus dan demikianlah hari ini berakhir.
SENIN, 25 APRIL 2022
Kegiatan hari ini dilaksanakan di Aula Paulus VI dan dimulai dengan Ibadat Tercia dan dilanjutkan dengan Kardinal Raniero Cantalamesa yang membagikan tema “Misionaris Kerahiman dan panggilan pada kekudusan”. Kardinal Cantalamesa mendasarkan presentasinya pada contoh pengalaman Santo Paulus akan kerahiman Allah. Beliau berkata bahwa menjadi kudus berarti hidup sebagai orang yang dibenarkan Allah melalui pengampunan dan rekonsiliasi. Siapa pun yang pernah mengalami keadilan atau kerahiman Allah tidak dapat tinggal diam, melainkan ingin membagikan sukacita itu pada orang lain.
Kardinal Cantalamesa berbicara tentang tugas dari pengudusan diri sendiri: “Di sinilah lahir panggilan untuk mewartakan Injil dan satu gaya hidup yang lurus dan benar. Ini adalah keseimbangan yang juga harus dimiliki oleh para Misionaris Kerahiman”.
Setelah renungan dan coffee break, Padre Damián Astigueta, SJ., profesor dari Fakultas Hukum Kanonik Universitas Gregoriana, mempresentasikan tema “Misionaris Kerahiman: Forum Internal dan Forum Eksternal”, dengan membahas poin-poin sangat penting bagi kami sebagai bapak pengakuan dan pembimbing rohani.
Dalam bahasa yuridis, ‘forum’ dipahami sebagai tempat penyelesaian masalah yang timbul antara dua orang atau lebih, berdasarkan norma-norma hukum. Perbedaan antara forum internal dan eksternal adalah eksklusif untuk forum gerejawi, sejauh itu khas dari lingkup sakramental dan khususnya lingkup penitensi. Hal ini haruslah dipahami dengan sangat jelas dalam pelayanan para Misionaris Kerahiman.
Dalam tema, kami diingatkan bahwa bahwa forum internal berhubungan dengan penilaian suatu tindakan dalam kaitannya dengan hati nurani pribadi, sedangkan forum eksternal berhubungan dengan penilaian suatu tindakan dalam kaitannya dengan kriteria objektif eksternal. Padre Damián memaparkan dengan sangat jelas bahwa seorang bapak pengakuan masuk dalam forum internal, yang diberikan secara bebas dan penitensi diterima pula secara bebas. Sebaliknya, pengadilan dalam hukum kanonik hanya dapat berhubungan dengan forum eksternal, sebab terbatas pada menilai tindakan atau kata-kata yang obyektif sehingga dapat dijatuhkan sanksi. Dengan kata lain, apa yang diketahui publik atau yang diharap diketahui publik, termasuk dalam forum eksternal. Sedangkan apa yang disembunyikan dan diharapkan tetap tersembunyi, seperti pengakuan dosa dan bimbingan rohani, termasuk dalam forum internal.
Sebagai penutup pertemuan, Bapa Suci memberi kami audiensi. Dalam pesannya, beliau menawarkan figur Rut. Paus menunjukkan wanita dalam Kitab Suci ini sebagai teladan kesetiaan dan kemurahan hati. Beliau berbicara tentang sikap Rut kepada Ibu mertuanya, Naomi, sebagai bentuk kesaksian belas kasih dan yang melampaui segala bentuk eksklusi. Paus menggarisbawahi bahwa Allah tidak pernah meninggalkan orang yang menyerahkan diri pada-Nya. Beliau berkata bahwa Misionaris Kerahiman harus menunjukkan wajah belas kasih Allah melalui kehadiran, kedekatan, belas kasih dan membagikan pengampunan Allah kepada orang-orang yang dipercayakan kepada kami. Paus berkata pula bahwa kata-kata dalam Magnificat, yang diucapkan Maria, tampak pula dalam hidup Rut: “meninggikan orang-orang yang rendah. Melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar” (Luk. 1:52-53).
Paus juga menggaris bawahi bahwa pelayanan Misionaris Kerahiman telah menemukan tempatnya dalam Konstitusi Apostolik yang baru tentang reformasi Kuria Romawi demi kepentingan pengampunan tanpa syarat dan belas kasih yang Yesus berikan kepada setiap orang. Bapa Suci mengatakan, “Seperti yang telah saya tulis dalam Konstitusi Apostolik Praedicate Evangelium, ‘Evangelisasi dilakukan secara khusus melalui pewartaan kerahiman Illahi, melalui berbagai bentuk dan ekspresi. Untuk tujuan inilah kontribusi khusus dari para Misionaris Kerahiman’ (Art. 59 § 2). Saya ingin meletakkannya di sana, dalam Konstitusi Apostolik, karena kalian adalah sarana istimewa Gereja saat ini, dan bukan suatu pelayanan yang hari ini ada dan besok tidak ada lain, melainkan masuk dalam struktur Gereja. Karena Itulah saya menuliskannya dalam konstitusi apostolik Itu. Oleh karena itu, saya berharap, kalian masih dapat berkembang. Dan karena itu, saya katakan pada para uskup, untuk menunjuk para imam yang kudus dan penuh belas kasih, yang mampu mengampuni, untuk menjadi Misionaris Kerahiman.”
Beliau juga berkata, “Tugas kita, melalui pelayanan yang kita berikan, untuk berseru kepada Alah. Ini penting: kita sebagai Misionaris Kerahiman berseru kepada Allah dan menunjukkan wajah kerahiman-Nya. Itu semua bergantung pada kita. Orang yang bertemu dengan salah satu dari kalian, harus berubah perasaan serta pemikirannya tentang Allah: “Nah, sekarang, melalui misionaris ini saya paham, saya dapat merasakan siapa Allah itu””.
Akhirnya, Bapa Suci menceritakan pengalamannya dengan dua orang bapak pengakuan yang telah membekas dalam hidupnya.
Sebelum memberi berkat, Bapa Suci berkata, “Saya memberkati kalian semua dan mendampingi kalian dengan doa, agar pelayanan kalian menjadi subur. Dan jangan lupa berdoa untuk saya. Terima kasih!”
Demikianlah pertemuan ini berakhir dan kekuatan kami diperbaharui serta menyemangati kami untuk maju terus dalam pelayanan. Sekali lagi saya berterima kasih kepada para suster di Rumah Garampi, dimana saya dapat menikmati hari-hari istirahat dan convivencia dengan mereka dan dengan bapak rohani saya yang tercinta, Mgr. Juan Esquerda Bifet. Dengan mereka, saya menikmati saat-saat yang tidak terlupakan, baik sebelum dan sesudah acara ini.
Saya mempercayakan diri pada doa-doa kalian, agar dibawah pandangan manis dari Santa Maria, saya dapat terus menjalankan pelayanan yang dipercayakan Bapa Suci dengan sukacita dan dedikasi penuh.
Saudara yang mengasihi kalian,
Alfredo Leonel Guadalupe Delgado Rangel, M.C.I.U.