“Bapa, aku menyerahkan diri dalam tangan-Mu; aku memasrahkan diri pada cinta-Mu, pada kebaikan-Mu, pada kemurahanhati-Mu…” (Beata Maria Ines)

Dengan kutipan kalimat dari doa yang disusun oleh Beata Maria Ines, pendiri  Kongregasi Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus, saya mau berbagi pengalaman iman dari semangat kepercayaan yang diwariskan beliau bagi kami.

Salah satu pengalaman yang paling berkesan terjadi di tahun 1998 ketika saya mengurus visa di Konsulat Amerika Serikat di Surabaya. Ini merupakan pengalaman pertama kalinya mengurus visa dan pada saat itu walau sudah ada penggunaan komputer namun tidaklah secanggih sekarang, digitalisasi semua.

Setelah mendapatkan paspor dari kantor imigrasi Surabaya, saya diantar untuk mencari informasi seputar pengurusan visa kunjungan ke Amerika Serikat. Ketika sampai di kantor konsulat, ya ampuuun… panjang sekali antrian. Sambil menunggu giliran ke bagian informasi, saya terlibat dalam obrolan dengan beberapa orang dan, dari pembicaraan itu mulai timbul rasa kuatir kalau nantinya, saat pengajuan visa, saya dipanggil wawancara dengan Bahasa Inggris, karena kemampuan berbahasa Inggris saya sangat terbatas atau, kalau ditolak bagaimana? Banyak pikiran yang berkecamuk. Sambil menenangkan diri saya mulai berdoa Rosario Kepercayaan, doa yang indah dan penuh iman yang diwariskan Beata Maria Ines.  Tidak terasa 1 jam 15 menit telah berlalu, tibalah giliran saya untuk mendapatkan informasi yang saya butuhkan dan, berkat Tuhan, petugas yang melayani sangat ramah.

Setelah melengkapi berbagai berkas dokumen yang diminta, seminggu berikutnya saya memasukkan permohonan visa bagi saya dan seorang suster lain. Tentu saja masih dengan rasa cemas dan bingung, saya duduk di antara banyak orang nenunggu giliran dipanggil dan saya mulai berdoa rosario memohon bantuan Tuhan melalui Bunda Maria lalu melanjutkan doa rosario kepercayaan. Ketika sampai pada kalimat doa penutup: “aku percaya pada-Mu, Tuhan, pada-Mu aku berharap”, seorang bapak warga Amerika Serikat, berperawakan tinggi dan berdasi dengan kemeja biru rapi dari balik meja pembatas ruangan melambaikan tangan. Saya tenang saja karena merasa tidak kenal dan tidak ge-eranlah,  kok ada orang bule lambai-lambai tangan ke aku?

Saya lihat dia melambaikan tangan memberi isyarat untuk mendekat. Saya lihat arah kiri kanan, tapi mata beliau tertuju kepada saya lalu saya menunjuk ke diri saya dan dia mengangguk kepala. Saya berjalan mendekat. Aduuuh…bingung lagi sembari berjalan ke sana mikirin mau ngomong apa…rasanya kepala kosong. Begitu mendekat, beliau tersenyum lalu menyapa, “Selamat pagi”. Wow… senang hatiku, ternyata bisa Bahasa Indonesia. Kalimat berikutnya membuat saya deg-degan karena pakai Bahasa Inggris: “Hello! Are you a nun?” Alamak, gimana nih menjawabnya. Rasanya belum pernah dengar kata ‘nun’. Dengan mengikuti kata hati saja saya jawab seadanya “Yes, I’m a nun”, percaya Roh Kudus berkarya. Bapak itu tersenyum lalu meminta berkas dokumen yang saya bawa.

Beliau segera menyadari bawa Bahasa Inggrisku yang sangat terbatas lalu berusaha berkomunikasi dengan bahasa campuran begitu istilahku yakni sepotong kalimat Bahasa Inggris lalu Bahasa Indonesia ditambah bahasa isyarat lengkaplah saya mengistilahkan diri sendiri: Tarzan masuk kota. Beberapa pegawai konsulat yang berada disekitar sana yang juga sibuk menerima dan mengurus ratusan berkas sesekali melirik dan senyum-senyum. Setengah jam berlalu lalu bapak tersebut…yang sampai sekarang saya tidak tahu namanya (sangking bingung dan gugup saat itu sampai lupa menanyakan namanya… payah) memberitahu: “Tomorrow please come at 11 a.m.” (besok silakan datang jam 11). Lalu beliau berlalu masuk ke kantor bagian dalam dan beberapa orang yang mengurus visa langsung komentar: “waah…suster beruntung sekali” atau “cepat sekali urusannya, Bu” dan kalimat lain yang senada. Saya tidak mengerti waktu itu. Pikiran yang ada adalah secepat mungkin pulang ke biara karena mungkin tadi terlalu gugup sehingga setelah urusan dokumen selesai, saya langsung merasa kelaparan dan kehausan.  

Hari berikutnya, jam sepuluh saya mulai masuk antrian untuk masuk ke kantor konsulat dan tepat jam sebelas siang ke bagian pengurusan visa lalu diarahkan ke bagian pengambilan paspor yang ternyata sudah diberi cap visa masuk Amerika Serikat. Saya senang luar biasa. Rasa-rasanya ingin langsung berlutut untuk bersyukur atas kebaikan Tuhan dan Bunda Maria yang menyertai saya dalam pengurusan visa ini. Dan lagi, si pegawai konsulat menyampaikan bahwa bapak konsul menitip salam dan selamat datang ke Amerika Serikat. Barulah saya menyadari bahwa untuk pertama kalinya dalam hidupku melihat seorang konsul korps diplomatik dari dekat dan langsung dibantu olehnya dalam pengurusan visa yang rumit dan banyak yang bolak-balik berkali-kali untuk mendapatkan visa tapi saya begitu dimanja oleh Tuhan. Kalau bukan Roh Tuhan yang menggerakkan semua ini, siapa lagi?

Pengalaman sederhana ini selalu membekas di hati. Percaya pada Tuhan bukan soal kita bisa, bukan pula karena punya banyak koneksi atau hal lainnya. Percaya pada Allah adalah membiarkan Dia yang berkarya dan kita adalah alat di tangan-Nya. Percaya pada Tuhan adalah pasrah total tanpa syarat pada penyelenggaraan-Nya dalam kehidupan kita, percaya bahwa Dia adalah Bapa yang selalu menjaga dan memberi yang terbaik bagi kita. Setiap hari dimulai dengan hati yang percaya karena Dia adalah Bapa yang baik yang tidak akan memberi batu bagi anak-Nya yang meminta roti atau memberi ular jika meminta ikan (bdk Matius 7: 9-10). Dan itu semua dapat kita temui dalam hidup kita sehari-hari, mulai dari hal yang paling sederhana sampai saat-saat yang penting, kita dapat merasakan bagaimana Tuhan selalu menolong dan memberi pada waktunya.

Marilah kita hidup dengan hati yang selalu pasrah dan percaya kepada Allah, seperti yang dikatakan oleh Beata Maria ines: “Jiwa-jiwa yang merampas hati-Nya, seperti Dia sendiri telah menyakinkan kita, ialah jiwa-jiwa yang penuh kepercayaan”.

“Berbahagialah orang yang menaruh kepercayaanya pada Tuhan…” (Mzm 40:5)

Penulis: Sr. Mariana Maja MC

2 Comments

  • Posted February 22, 2022 9:31 pm
    by
    Benedict River

    Mantap suster… teruslah berkarya

  • Posted February 22, 2022 9:33 pm
    by
    Theo

    Luaaar biasa …
    Roh Kudus berkarya, ketika Suster Mariana berdoa dan didengar oleh Tuhan Yesus melalui perantara Beata Maria Ines …

Tambahkan Komentar Anda