Suster Christi, demikian sehari-hari saya disapa. Nama lengkap saya adalah Christina Ase, lahir 54 tahun yang lalu di sebuah kota dingin di Flores, tepatnya kota Bajawa yang juga kala itu masih menjadi satu kabupaten dengan biara Misionaris Claris yang berada di desa Wudu, kecamatan Boawae.

Bagaimana mungkin saya tidak kenal dan sangat dekat dengan para suster MC, khususnya yang berada di Wudu Flores, sedangkan kakak saya, Sr. Wigbertha, telah duluan menjadi seorang Suster MC? Maka lebih dari sekedar kenal, kami adalah keluarga dengan para suster MC. Dan yang menjadi daya pikat untuk saya sejak masa remaja adalah para suster MC sangat tampak ekspresi kekeluargaan dan kegembiraannya. Saya juga kenal baik dan dekat dengan para suster dari berbagai tarekat, baik karena pernah sekolah maupun karena berada dalam kota Bajawa dan sekitarnya, kegiatan gereja maupun kegiatan kerohanian dari sekolah. Namun semasa remaja saya tak ada tanda ataupun gejala-gejala untuk menjadi suster.

Dari keluarga besar, dengan tradisi hidup rohani keluarga yang kuat dari orangtua, menjadikan kami, anak-anak, terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, sangat memperhatikan para imam dan biarawati.  Dan saya memiliki kakak yang juga sekolah di seminari yang akhirnya saat ini menjadi seorang imam dan uskup keuskupan Maumere. Di masa remaja, saat mengikuti dan mendengar kesaksian panggilan dalam  kegiatan aksi panggilan oleh berbagai kongregasi suster, mulai terbersitlah dalam hati saya suatu keinginan.

Waktu berlalu semasa sekolah, dan melanjutkan kuliah ke Jogja, namun sebelumnya saya sempat mampir di Madiun tepatnya di Novisiat MC, di Jalan Mundu untuk berjumpa dengan kakak Sr. Wigbertha, M.C. Suasana kehangatan kekeluargaan, kegembiraan yang selalu saya jumpai, sangat menghentak hati namun mungkin belum waktunya telinga hati saya terbuka menyambut sapaan Tuhan.

Tuhan selalu memberi pada waktunya dan bila waktu yang Tuhan tetapkan tiba, maka apa pun yang menjadi cita-cita dan jalan manusia saat itu berubah. Demikianlah suara Tuhan menggema sangat kuat dalam batin hati saya, justru di saat saya sedang menikmati dan mengalami sukacita bersama teman-teman yang baru dan banyak di masa kuliah. Ada rasa sedih, takut untuk menyampaikan kepada orangtua, keluarga yang sudah memberi dukungan, juga teman-teman yang sangat dekat, saling memiliki dan menjaga. Namun di saat itu juga hati saya seakan tidak takut untuk mengambil keputusan dan merasa bahwa inilah waktunya Tuhan. Maka seperti yang Tuhan sabdakan, tidak ada yang mustahil bagi Allah dan jalanmu bukalanlah jalan-KU, rancangan-Ku bukanlah rancanganmu. Saya melangkah menjawab panggilan Tuhan dan saya belajar sejak masuk sebagai postulan, novis dalam novisiat Misionaris Claris untuk menghidupi juga semangat yang pernah saya kagumi dari para suster MC yakni kegembiaraan dan persauadaran/kekeluargaan. Sampai saat ini, dalam belaskasih Tuhan, saya selalu dikuatkan untuk setia menanggapi panggilan-Nya.

Sr. Maria Christina Ase, M.C.

Tambahkan Komentar Anda