Apa yang akan kulakukan?
Apa yang harus kuperbuat?
Aku harus bertobat dan dengan semangat membara mencintai dengan sungguh-sungguh,
Semua akan kulakukan dengan baik sebagaimana mungkin sebagai seorang manusia yang terbatas
(Beata Maria Ines)
Seringkali kita dibingungkan dengan berbagai tawaran dunia ini yang begitu menggoda iman dan hidup rohani, maka akan timbul pertanyaan: apa yang harus kulakukan dan kuperbuat?
Di tengah kebingungan/kegundahan/kegalauan itu tentu kita harus tetap membuat pilihan, bahkan ketika kita beranggapan tidak ada pilihan, senyatanya kita tetap memilih salah satu, walaupun tidak melakukan apa pun, itu pun tetap sebuah pilihan.
Sekarang ini kita berada dalam masa prapaska. Dan inilah saat yang tepat bagi kita untuk membuat beberapa langkah agar tujuan hidup, yaitu kekudusan itu, dapat tercapai. Mungkin akan timbul pertanyaan: mengapa dalam masa Prapaska? Sebab masa Prapaska adalah waktunya bagi umat beriman mempersiapkan diri menyambut Paskah dengan :
- doa (membaca renungan harian atau berdoa dengan berpedoman kepada kalender liturgi, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Ibadat Jalan Salib, devosi mengenang penderitaan Kristus memanggul salib sepanjang jalan sampai wafat disalib),
- matiraga (mengamalkan laku puasa dan berpantang kemewahan tertentu dalam rangka meneladani laku tirakat Yesus Kristus saat berada di padang gurun selama 40 hari),
- pertobatan (mengakui kepada diri sendiri bahwa kita telah berdosa, kita harus merasakan dukacita yang tulus atas apa yang telah kita perbuat. Kita harus merasa bahwa dosa-dosa kita tidak baik. Kita harus ingin membuang atau meninggalkannya. Kita harus mengakui semua dosa kita kepada Tuhan. Sedapat mungkin kita harus memperbaiki kesalahan apa pun yang telah kita lakukan, dan mengampuni mereka yang telah berbuat dosa terhadap kita. Tuhan tidak akan mengampuni kita kecuali hati kita sepenuhnya dibersihkan dari semua kebencian, kegetiran, dan perasaan buruk terhadap orang lain),
- amal kasih (memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, memberi perlindungan kepada orang yang asing, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara, menguburkan orang mati),
- hidup sederhana (pola hidup yang dijalani dengan tidak berlebihan, bergaya sesuai dengan kemampuan atau tidak perlu menjadi orang lain cukup menjadi diri sendiri, memenuhi diri sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Selalu bersyukur atas setiap pencapaian dalam hidup. Mengenali diri sendiri akan membantu untuk mengetahui prioritas dan aspek penting dalam hidup sehingga dilakukan secara efektif dan efisien),
- penyangkalan diri (mati terhadap keinginan pribadi)
Tentu semuanya itu tidaklah mudah untuk dilakukan, kita yang hanya manusia lemah kerap kali jatuh dari satu dosa ke dosa berikutnya. Namun tidak penting berapa kali kita terjatuh, yang teramat berharga adalah bagaimana kita dapat bangkit kembali setelah terjatuh. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki dan dengan kesungguhan hati, niat yang baik dan tulus untuk memperbaiki diri maka di situ tercurah rahmat Tuhan bagi kita semua, sehingga kehidupan rohani semakin membaik guna mencapai tujuan akhir hidup ini yakni kekudusan.
Sr. Lidwina Oktaria, M.C.